Menikah & Isteri : 11 Oktober 1965 dengan Miriam Wientarti
Anak : Markus Krisetya dan Matius Indiana Krisetya
Pendidikan :
1986 – 1990, Claremont School of Theology, Claremont California, USA. Doctor of Ministry (D.Min), Clinical Pastoral Education, PrairieView Newton, Kansas, USA. Diploma of Advance CPE
1979 – 1981, United Theological College, Bangalore, India. Master of Theology (M.Th)
Christian Counseling Centre, Vellore, India, Diploma of Counseling Psychology
1970 – 1973, Goshen Biblical Seminary, Elkart, Indiana, USA. Master of Divinity (M.Div)
1961 – 1965, Seminari Teologi Baptis Indonesia, Semarang. Baccalaureus Theologia (B.Th)
1958 – 1961, SMA Masehi 1, Dr.Cipto, Semarang
1955 – 1958, SMP Negeri 4 Mlaten, Semarang
1954 , SMP Masehi Sidodadi, Semarang
1947 – 1953, SR Xaverius, Kobong, Semarang.
Jabatan Pendidikan :
1973-1979, Rektor Akademi Kristen Wiyata Wacana, Pati
1981-1982, Pendeta Mahasiswa Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga.
1982-1986, Dekan Fakultas Teologi, Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga.
1986 , Pembantu Dekan Urusan Akademik, Fakultas Teologi Universitas Kristen Satya Wacana
1991-1994, Ketua Jurusan Studi Konseling Pastoral, Fakultas Teologi UKSW
1981-2010, Pengajar Bidang Pendampingan Pastoral dan Konseling Pastoral, untuk Strata 1 (S1) serta Program Pascasarjana (S2) Sosiologi Agama di UKSW.
Jabatan Gerejawi :
1965-1970, Gembala Jemaat GKMI Jepara
1975-1977, Ketua Departemen Pendidikan Sinode GKMI
1977-1979, Ketua Umum, Sinode GKMI
1983-1986, Ketua Umum, Sinode GKMI
1989-1992, Ketua Departemen Teologi, Sinode GKMI
1992-1995, Ketua Umum, Sinode GKMI
1995-1999, Ketua Umum, Sinode GKMI
1986-1992, Anggota Executive, Asia Mennonite Conference, Hongkong
1990-1997, Executive Member, Mennonite World Conference, Strasbourg, France
1991-1993, President Asia Conference on Pastoral Care amd Counseling
1991-1995, Council Member, The International Council on Pastoral Care and Counseling Noerdwijkerhout, The Netherlands
1995-1999, Vice President, International Council on Pastoral Care&Counseling, Toronto, Canada
1997-2003, President Mennonite World Conference, Strasbourg, France
2007 , bulan Oktober menerima SK Menteri Pendidikan Nasional Jabatan Fungsional Dosen Guru Besar dalam bidang ilmu/mata kuliah Teologi Pastoral Konseling dengan SK No.49743/A4.5/KP/2007
Pengalaman bersama Pak Mesach :
Ketika kali bertemu beliau, saya merasa bingung melihat seorang kakek tua dengan postur badan yang tinggi serta diringi gema suara bass yang khas. Beliau adalah Pdt. Prof. Dr. Mesach Krisetya, M.Th., M.Div. Anak Fakultas Teologi UKSW menyapa beliau biasa dengan, "Pak Mesach". Beliau sangat bersahaja, low profile, dan sangat hangat bersahabat. Menurut saya, beliau tipe dosen yang tidak membosankan saat mengajar di kelas. Biasanya, dosen dengan rentetan gelar akademik yang banyak serta pernah menduduki jabatan besar cenderung serius dan kaku ketika mempresentasikan materi kuliah. Namun, beliau berbeda yang tidak pernah lupa dalam menyisipkan humor ketika mengajar. Sangking leburnya dalam metode pengajaran yang terselip humor, beliau bahkan tak segan membuat gerakan-gerakan tak diduga yang membuat kelas serempak gegap gempita karena terbahak-bahak menyaksikan aksi beliau. Namun, sekalipun demikian kuliah tetap terjaga kualitasnya. Saya menilai bahan yang diajarkan sangat penuh muatan akademis, sesuai dengan gelar akademik yang disandang. Hal yang paling berharga bagi para mahasiswanya adalah pengalaman hidup beliau yang dimasukkan sebagai bahan pembelajaran. Ini membuat mata kuliah yang diampu beliau menjadi spesial serta berkualitas.
Bidang kepakaran beliau adalah Teologi Pastoral. Tidak hanya pakar secara teori, beliau pun menghidupkan teologi pastoral di tengah kehidupannya sehari-hari. Secara pribadi, saya mengalami tiga peristiwa khusus dengan beliau.
Pertama, ketika saya praktek di GKI Manyar Surabaya tahun 2008. Ketepatan beliau memimpin ibadah minggu di GKI Manyar Surabaya, akhir bulan September 2008. Saya di-SMS beliau untuk berjumpa di ruang tamu gereja. Beliau sangat perhatian dengan saya. Bahkan saat ada jamuan makan malam dari pihak gereja, saya masih diingat dan diajak serta oleh Pak Mesach. Ketika hendak kembali ke Salatiga, beliau kembali memanggil saya. Kali ini beliau melalui istrinya menyangoni saya uang kantong untuk keperluan selama di Surabaya. Saya sudah menolaknya. Tetapi, beliau mengatakan saya akan sangat memerlukannya karena jauh dari keluarga dan kampus.
Kedua, di akhir tahun 2009, ketika kuliah saya telah selesai dan hendak balik ke Medan, saya dipanggil kembali oleh beliau. Saya disarankan untuk berangkat ke Makassar agar membantu pelayanan di sebuah jemaat. Saya menolak ajakan tersebut karena memang harus mempersiapkan diri untuk studi lanjut. Saya sebenarnya sangat berat sekali dan menyayangkan penolakan tersebut. Karena, saya tahu beliau kecewa. Rasa kecewa itu terpancar jelas dari raut wajah beliau.
Terakhir, ketika saya berada di Medan, saat mengikuti kegiatan dari Asosiasi Pastoral Indonesia (API) Pusat yang sedang mengadakan kegiatan di sana. Berketepatan kegiatan dirangkaikan dengan pelantikan fungsionaris API wilayah serta seminar pastoral. Pak Mesach merupakan salah satu sesepuh di API dan menjadi pembicara dalam seminar yang diadakan di restoran Avia Samudera, Medan. Ketika berjumpa dengan saya serta teman kuliah, beliau langsung mengenal kami. Beliau menanyakan perkembangan kami saat ini dan beliau berpesan agar kami tetap maju dalam pelayanan gereja.
Ada dua hal penting yang saya dapat pelajari dan kehidupan pak Mesach. Pertama, rendah hati merupakan kunci dalam menyinergikan hidup, baik secara akademis, berelasi terhadap lingkungan dan disiplin spiritualitas. Kedua, tetap berpikir positif dalam hidup agar tidak menjadi batu sandungan dalam lingkungan sekitar.
Beliau berulangkali dalam kuliah selalu mengatakan, "You are what you believe". Beliau menginginkan seorang pelayan Tuhan tidak menjadi batu sandungan di jemaat. Caranya adalah selalu berpikir positif untuk kemajuan hidup dan tetap berorientasi pada konselor sejati, yaitu Kristus. Hal itu yang membuat saya sangat mengagumi kehidupan beliau. Banyak cerita hidup yang telah dijalani beliau sampai dengan masa pensiun saat ini. Bahkan ketika dua ring ada di jantungnya, beliau tetap memenuhi tanggung jawabnya sebagai seorang pengajar dan pelayan Tuhan. Beliau tidak pernah lari dari tanggung jawab dan selalu konsisten antara perkataan dengan perbuatan.
Selamat jalan Prof... Tuhan Yesus memberkati
BalasHapus