Jumat, 28 Maret 2014

Iman Pada Kubur yang Kosong


“Dan jika Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah kepercayaan kamu dan kamu masih hidup dalam dosamu” ~ Paulus (1.Kor.15:17)

Perempuan di Kubur Yesus yang Kosong
(Sumber: Pencarian Google)
Kesaksian Paulus 
Kekristenan merupakan suatu agama yang mendasarkan kepercayaannya pada pengajaran Yesus. Banyak orang yang kemudian memercayai Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat karena Yesus telah menggenapi nubuat yang telah disampaikan oleh para nabi dalam Perjanjian Lama melalui kelahiran, kematian, dan kebangkitan-Nya. Perihal kelahiran, kematian, dan kebangkitan Yesus dapat kita ketahui dari Injil Sinoptik (Matius, Markus, Lukas, dan Yohanes). Namun, kita sering melewatkan kisah kebangkitan Yesus yang disaksikan oleh Paulus.
 Markus sebagai tradisi paling tua dalam Injil Sinoptik baru ditulis tahun 60 ZB (Zaman Bersama; saya menggunakan istilah “Zaman Bersama” bukan “Masehi” untuk universalitas waktu penanggalan di mana istilah itu merupakan terjemahan dari Common Era/CE). Sedangkan dalam penggalian arkeologi kitab suci, Paulus diyakini telah eksis pada tahun 3 ZB. Inilah menjadi dasar betapa pentingnya kesaksian Paulus mengenai Yesus, yaitu karena Paulus hidup dalam satu rentang waktu yang sama dengan Yesus.
Hal yang menarik saat kita membaca surat-surat yang dituliskan oleh Paulus adalah kita tidak pernah menemukan Paulus menyinggung tentang peristiwa kelahiran Yesus. Dalam surat pengembalaannya ke jemaat-jemaat, Paulus lebih banyak menyaksikan sosok Yesus yang bangkit dan mengalahkan maut. Hal ini berbeda dengan apa yang menjadi perhatian gereja saat ini, di mana gereja lebih berfokus tentang berita kelahiran Yesus. Hal itu terlihat dalam tradisi gereja masa kini yang terkesan sangat luar biasa untuk merayakan Natal dari pada merayakan Kebangkitan Yesus. Padahal, menurut Paulus, iman percaya kita akan menjadi sia-sia apabila Yesus tidak bangkit mengalahkan maut. Kebangkitan Yesus menandakan bahwa kematian sebagai konsekuensi dari sengat dosa telah dikalahkan oleh Yesus. Dengan demikian, melalui kebangkitan Yesus, kita beroleh pengampunan dosa dan janji hidup yang kekal.

Menggali Kisah di Seputar Kebangkitan Yesus
            Berpegang pada pertimbangan pentingnya memerhatikan kisah kebangkitan Yesus yang disaksikan oleh Paulus, maka kita harus melihat kisah kebangkitan itu secara lebih dekat di dalam Injil Sinopsis. Injil Matius menceritakan bahwa Maria dan Maria Magdalena tidak menemukan Yesus di dalam kubur. Mereka bertemu dengan malaikat Tuhan yang meminta mereka pergi menceritakan kabar kebangkitan Yesus (Mat.28:1-10). Dalam Injil Markus dikatakan bahwa ketika Maria Magdalena, Maria ibu Yakobus, serta Salome ingin meminyaki Yesus dengan rempah-rempah, mereka tidak menemukan Yesus di kubur. Malah mereka melihat seorang muda memakai jubah putih yang meminta mereka untuk memberitakan kebangkitan Yesus kepada Petrus dan murid-murid Yesus lainnya (Mar.16:1-8). Injil Lukas menceritakan bahwa Maria dari Magdala, Maria ibu Yakobus, dan Yohana tidak menemukan Yesus di dalam kubur. Mereka bertemu dengan dua orang utusan Tuhan yang meminta mereka memberitahukannya pada para rasul (Luk.21:1-12). Terakhir, Injil Yohanes memberi kesaksian agak lain dari ketiga Injil Sinopsis lainnya di mana Injil Yohanes menceritakan bahwa perempuan datang kepada Petrus dan mengatakan mayat Yesus dicuri. Lalu, berita kebangkitan itu pertama kali disaksikan oleh Petrus (Yoh.20:1-10). Namun, Injil Yohanes mengelaborasi kisah Kebangkitan Yesus ini dengan kisah penampakan Yesus. Untuk pertama kalinya, Yesus menampakan diri kepada Maria Magdalena sebagai bukit bahwa Yesus benar-benar bangkit, baru berikutnya pada para murid-murid-Nya (Yoh.20:11-23).
            Dari penjabaran tentang kisah kebangkitan Yesus yang ada dalam Injil Sinopsis, kita menemukan keempat Injil Sinopsis sepakat bahwa perempuan adalah orang yang pertama kali menyaksikan kubur Yesus kosong dan memberitahukan pada dunia bahwa Yesus telah bangkit. Bisakah kita bayangkan apabila perempuan yang bertemu dengan malaikat/utusan Tuhan di kubur tidak menceritakan seperti apa yang mereka lihat dan dikatakan oleh utusan/malaikat Tuhan? Mungkin, kita tidak akan percaya Yesus telah bangkit sampai pada saat ini. Sehingga, seperti yang dikatakan oleh Paulus, kepercayaan kita pada Yesus akan sia-sia karena Yesus tidak pernah bangkit.  Mungkin, gereja-gereja tidak akan merayakan kelahiran Yesus karena Yesus bukanlah Juruselamat. Mungkin juga, tulisan-tulisan tentang karya mukjizat Yesus di dunia hanya tinggal tulisan biasa. Namun, berita kebangkitan Yesus membuat segalanya berubah. Melalui kebangkitan Yesus, kita percaya bahwa Dia adalah Mesias yang dinubuatkan para nabi. Melalui kebangkitan-Nya, kita mengimani bahwa Yesus sudah menebus dosa-dosa kita melalui pengorbanan-Nya di kayu salib. Dan, Tuhan memakai perempuan untuk menyampaikan berita kebangkitan-Nya.

Refleksi Kristen
            Lantas, apa yang dapat kita refleksikan dari berita kebangkitan Yesus itu? Saya mencatat setidaknya ada dua hal pokok yang dapat kita refleksikan, yaitu: pertama, berita pengampunan dosa telah berlaku. Sejak kejatuhan manusia ke dalam dosa, sejak saat itu pula maut berkuasa atas manusia. Namun, kedatangan Yesus ke dunia adalah sebagai kunjungan untuk memberikan pengampunan dosa. Sehingga, apa yang disebut sebagai dosa warisan sudah tidak ada lagi bagi mereka yang memercayai pengorbanan Yesus di kayu salib. Oleh karena itu, menurut Paulus, tugas kita sebagai orang percaya adalah untuk tetap hidup di dalam Yesus dengan cara menjaga tubuh kita yang fana ini dari segala kuasa dosa (Rom.6:11-12). Kemudian, Paulus menjelaskan bahwa esensi dari hidup di dalam Yesus bukan soal baptisan ataupun soal teknis kehidupan beragama lainnya, tetapi soal memberitakan kabar sukacita pengampunan dosa agar pemberitaan salib Kristus jangan menjadi sia-sia (1.Kor.1:17)
            Hal kedua yang dapat kita refleksikan adalah meninjau kembali peran perempuan dalam hidup beriman. Mengacu pada kisah kebangkitan Yesus, kita melihat bagaimana perempuan memiliki peran penting dalam Kekristenan. Namun, perempuan Kristen pada masa kini justru tidak lagi memiliki peran penting dalam pemberitaan Kabar Baik. Banyak stigma yang membuat peran perempuan menjadi terbatas di ruang publik, khususnya di gereja. Saya memberi contoh beberapa stigma yang memojokkan perempuan dalam Kekristenan, seperti pandangan bahwa dosa disebabkan oleh perempuan, seorang imam harus laki-laki, dan pandangan bias gender lainnya terhadap perempuan. Namun, kisah kebangkitan Yesus memberikan cerita lain tentang peran serta perempuan dalam Kekristenan. Perempuan adalah pihak yang dipercayai oleh Tuhan, melampaui murid Kristus laki-laki, untuk menyampaikan kebangkitan Yesus. Mengapa harus perempuan? Tentu pertanyaan ini dapat kita sejajarkan dengan pertanyaan: mengapa harus perempuan yang digoda oleh ular dalam Kisah Penciptaan? Tentu jawaban dari pertanyaan itu adalah karena perempuan memiliki peran yang penting dan strategis dalam kehidupan beriman. Tuhan memercayakan peristiwa iman terjadi melalui diri perempuan. Oleh karena itu, gereja harus memberikan ruang untuk perempuan memberikan kesaksian imannya pada dunia di ruang publik. Gereja Protestan telah melakukan kemajuan yang luar biasa ketika perempuan diberikan kesempatan untuk menjadi ambil bagian dalam pemberitaan firman Tuhan di gereja. Hal seperti ini tidak kita temukan di gereja Katolik. Namun, hal itu belum menyatakan bahwa gereja Protestan lebih baik dari gereja Katolik sepenuhnya, karena hampir seluruh pimpinan gereja Protestan didominasi oleh laki-laki. Tentu hal ini bukan sekadar persoalan gender belaka, tetapi juga bagaimana kebangkitan Yesus dapat menjadi berita sukacita bagi seluruh ciptaan, termasuk perempuan.

Catatan Akhir
Dalam memperingati hari kematian dan kebangkitan Yesus, kita diajak kembali merenungkan apa yang menjadi hakikat dari peristiwa sakral itu. Kesaksian Paulus dapat menjadi bahan renungan bagi kita dalam merenungkan esensi kematian dan kebangkitan Yesus. Suatu perenungan yang menyadarkan kita akan berita pengampunan dosa sebagai Kabar Baik dari Tuhan pada dunia. Suatu perenungan yang mengingatkan kita bahwa dasar kepercayaan kita muncul dari kesaksian perempuan akan Yesus yang bangkit. Serta, suatu perenungan iman yang didasarkan pada Kubur yang Kosong.

Masa Prapaska, Pematangsiantar