Jumat, 09 Mei 2014

Menyatakan Kesalahan


Apabila saudaramu berbuat dosa, tegurlah dia di bawah empat mata. Jika ia mendengarkan nasihatmu engkau telah mendapatkannya kembali. (Mat.18:15)

Abraham Maslow, psikolog besar, membuat lima peringkat kebutuhan manusia. Peringkat keempat dari lima peringkat itu (tertinggi kedua) adalah kebutuhan penghargaan (esteem need). Kebutuhan penghargaan merupakan kebutuhan manusia untuk dihargai, dihormati, dan dipercayai oleh orang lain. Jika melihat realitas yang terjadi dalam masyarakat, kita menemukan setiap orang menggunakan berbagai cara agar ia mendapatkan pengakuan, penghormatan, dan kepercayaan dari orang lain. Lantas, apabila penghargaan merupakan salah satu kebutuhan terbesar manusia, apa yang terjadi jika ada orang lain yang memarahi kita di depan banyak orang? Tentu saja kita akan menjadi sangat marah, geram, dan sakit hati pada orang yang melakukan hal itu. Rasa yang menyakitkan itu terjadi tidak lain karena martabat kita menjadi jatuh di hadapan banyak orang.
Dari nas bacaan  ini, kita melihat bahwa Yesus memahami kebutuhan manusia, yaitu sangat ingin dihargai dan dihormati. Untuk itulah Yesus mengajarkan kita supaya menyatakan kesalahan orang lain secara pribadi, tidak perlu di tempat umum yang dilihat oleh banyak orang. Ketika Yesus mengatakan “tegurlah”, Yesus menggunakan kata elegxon, yang berarti menyatakan kesalahan seseorang dengan cara memberi bukti dan meyakinkan. Hal itu berarti, Yesus ingin memberitahu ketika kita harus menegur orang lain, maka kita harus dalam posisi benar dan lepas dari kesalahan. Dengan demikian, kita memiliki dasar yang kuat sebagai bukti dan dasar yang benar untuk meyakinkan orang yang kita tegur. Sehingga, orang yang kita tegur itu tidak marah dan tersinggung. Bayangkan, jika kita dalam posisi yang tidak lebih baik dari orang yang kita tegur, apakah orang yang kita tegur itu mau mendengarkan teguran kita? Untuk itu, Yesus melanjutkan perkataan-Nya, “jika ia mendengarkan nasihatmu, engkau telah mendapatkannya kembali”. Ini berarti tolak ukur dari teguran yang berhasil menurut Yesus adalah teguran kita didengar sebagai tanda kita diterima oleh orang yang kita tegur.

Melalui renungan saat ini, kita kembali merefleksikan bahwa pentingnya memiliki etika dalam berelasi dengan sesama. Ketika harus menegur orang lain, kita dapat melakukannya secara pribadi. Selain itu, kita kembali diingatkan untuk memeriksa kehidupan pribadi kita, apakah kita sudah dalam posisi yang benar sehingga kita layak menegur orang lain. Dengan demikian, orang yang kita tegur dapat mengerti maksud baik di dalam ucapan yang kita sampaikan, sehingga ia dapat memperbaiki kesalahannya.