Jumat, 03 Desember 2010
Desember, Advent, Natal dan Tahun Baru (Suatu Refleksi Diri)
Tema ini bagi umat Kristen, mungkin bukan hal yang asing didengar telinga. Bahkan saat di bulan November sekalipun, ke empat hal ini telah banyak menjadi perbincangan. Saya mengikuti update status teman-teman di dunia maya, baik facebook maupun twitter sejak november silam. Saya mendapatkan hal-hal yang unik dari hasil pengamatan itu. Ada status yang mengungkapkan ketidakpercayaan karena telah memasuki akhir tahun. Ada juga status yang menggambarkan impian teman-teman saya berada di kampung halaman saat natal setelah sekian waktu berada di perantauan. Yang paling heboh adalah ketika pas memasuki awal desember, status-status mereka pun semakin heboh. Ada status yang menyatakan kegembiraan mereka karena sudah dekat waktunya untuk bernatal ria, ada juga status yang menggambarkan liburan yang akan dijalani sampai dengan pergantian tahun, dan sebagai-sebagainya.
Luar biasa! Dua kata itulah yang terlintas di pikiranku ketika melihat euforia yang luar biasa dari Natal. Mungkin hal tersebut merupakan hal yang wajar, mengingat peristiwa Natal adalah peristiwa sekali dalam setahun. Sejenak saya merefleksikan, bagaimana dengan tanggapan diriku secara pribadi mengenai natal tahun ini? Hmm..rasa-rasanya malas sekali untuk membicarakan hal itu. Mungkin karena faktor tidak dapat berkumpul dengan sanak keluarga di kampung halaman ketika hari Natal tiba. Sedih bercampur kesal yang mencuat di dalam pikiran, hanya satu pertanyaan besar yang muncul : “Apakah saya dapat melalui ini semua?”
Kekesalan dalam diri mulai pudar, ketika tingkatan refleksi mulai diperdalam. Saya merenungkan hakikat sejati dari Natal itu bagi saya sebagai umat Kristen itu apa? Menurut hemat saya, ketika kita berbicara Natal, sebenarnya kita berbicara mengenai tiga hal besar, yaitu desember, advent dan tahun baru. Pertama, mengenai Desember. Mengapa Desember? Ya karena hari Natal selalu jatuh di bulan Desember, hal itu berlangsung dari dahulu sampai dengan sekarang. Ketika saya jalan-jalan di salah satu mall yang ada di kota Depok, saya melihat ada slogan besar di salah satu lantai yang menuliskan “Sambut spesialnya Desember sukacita dengan Diskon spesial pula” Ya, dalam pengalaman hidup selama ini, hal itu terjadi di bulan Desember di hampir di setiap mall. Tapi bukan itu yang menjadi fokus perefleksian saya di bulan Desember, melainkan apa yang telah saya lakukan sampai dengan bulan terakhir di tahun 2010 ini? Saya bersyukur kepada Tuhan, karena di tahun 2010 ini, saya diberi kesempatan untuk belajar di salah satu perguruan tinggi negeri favorit di Indonesia. Alasan saya melanjutkan studi dari teologi ke sekuler adalah karena hasil perefleksian juga. Dalam perjalanan ke Salatiga dengan bis malam, saya melihat ada banyak orang-orang terlantar tidur di emperan jalan. Lantas saya merefleksikan : “Apa yang dapat saya lakukan kepada mereka, padahal saya hanyalah seorang teolog?” Saya bernazar, jika Tuhan berkenan, saya ingin melanjutkan studi mengenai permasalahan sosial dan kemiskinan. Puji Tuhan di tahun 2010, saya dapat mewujudkan keinginan itu. Itulah yang saya refleksikan mengenai Desember, yaitu Apa yang telah saya lakukan di tahun 2010 sampai berada di penghujung tahun?
Hal kedua, mengenai Advent. Sebagai warga jemaat GKPI, saya selalu mengikuti kalender GKPI setiap minggunya. Advent pertama GKPI, jatuh pada hari Minggu tanggal 28 November 2010. Tema minggu pada saat itu adalah mengenai nubuatan. Saya mendengarkan khotbah minggu dengan seksama mengenai nubuatan bahwa sejak zaman nabi, keselamatan manusia telah dinubuatkan nabi lewat kedatangan raja yang adil, yaitu Juruselamat. Tanggal 5 Desember nanti, GKPI akan memasuki Adven kedua, di mana saya akan melayani Firman kebaktian minggu di GKPI Depok. Saya kembali merefleksikan apa itu hakikat Advent sebenarnya? Secara umum, orang memahami Advent merupakan masa penantian. Tetapi menurut hemat saya, pasti ada hakikat Advent yang lebih relevan kepada saya, sebagai umat Kristen yang hidup di masa kini. Saya merefleksikan secara mendalam bahwa Advent itu hakikatnya adalah bagaimana bersabar dalam suatu pengharapan. Dimensi waktu memang ada dalam hal tersebut, tetapi bukan itu yang utama. Menurut hemat saya, hal utama adalah terkait perilaku maupun sikap bersabar dalam pengharapan. Hal ini mudah diucapkan tetapi susah sekali untuk dilakukan. Untuk itu, saya merefleksikan apa yang harus saya lakukan dalam kesabaran akan pengharapan? Ada banyak pengharapan yang saya inginkan, seperti tidak sabar menantikan waktu wisuda, tidak sabar dalam memulai bahtera rumah tangga, tidak sabar untuk melepas rindu bersama sanak keluarga, dan sebagainya. Ketika tiba dalam perefleksian iman, saya memikirkan bagaimana saya dapat bersabar dalam pengharapan kedatangan Juruselamat? Saya memillih untuk melakukan hal-hal yang dapat mendatangkan berkat bagi sesama di sekitar, daripada duduk diam saat bersabar dalam pengharapan. Aktif dalam perilaku sabar serta pengharapan merupakan hal yang penting untuk direfleksikan dalam masa Advent ini.
Hal ketiga adalah Natal. Natal merupakan puncak yang dinantikan umat Kristen saat bulan Desember. Sejenak saya merefleksikan bahwa Natal semakin tahun telah kehilangan hakikatnya. Natal pada saat ini lebih dipahami sebagai suatu pesta seremonial dibandingkan kesaksian iman dari pengharapan yang sabar akan keselamatan. Di satu sisi lain, saya juga merefleksikan, mengapa hari raya Natal yang menjadi puncak kegembiraan umat Kristen, bukannya Paskah? Bukankah keselamatan diterima ketika Yesus menyerahkan diri-Nya di kayu salib? Sedangkan kelahiran-Nya merupakan proses awal dari keselamatan itu? Dengan demikian, ketika Natal telah rancu dalam pemahaman iman, dalam pelaksanaannya pun menjadi salah paham sehingga terjebak dalam pesta meriahnya natal, bukan pada hakikat dari Natal itu sendiri.
Hal terakhir adalah Tahun Baru. Mengapa? Karena di kartu-kartu Natal, tidak ada hanya diucapkan hanya selamat natal saja, tetapi pasti juga disertakan selamat tahun baru. Desember selalu dekat dengan pergantian tahun, oleh karena itu Natal selalu berbarengan pestanya dengan tahun baru. Dari hal ini, saya merefleksikan bahwa bagi kebanyakan orang, hanya pesta dan kesenangan yang ditawarkan dari moment natal dan tahun baru. Pantas saja dikatakan “sukacita natal dan tahun baru”. Lantas saja mencoba merefleksikan lebih dalam lagi. Menurut hemat saya, menjelang tahun baru yang dekat datangnya dengan natal (karena hari natal berada di minggu terakhir di bulan desember), harus dapat dimaknai sebagai kesempatan dan kepercayaan yang Tuhan berikan kepada kita untuk menjadi lebih baik lagi. Saya merindukan saat-saat pergantian tahun, di mana selalu disambut dengan kebaktian keluarga. Terkadang saya bingung, kenapa terkadang ada orang yang memilih untuk berganti tahun di lapangan dengan pesta kembang api, atau menikmati konser-konser musik, yang terasa mantap dengan terompet dan minuman di tangan. Hmmm…biarlah mereka seperti itu. Namun bagi saya, hidup dan mati adalah untuk Tuhan, jadi seluruh waktu manusia itu harus dikembalikan kepada Tuhan saja.
Dengan demikian, sebenarnya dari refleksi ini saya ingin mengajak kita untuk melihat bahwa desember dapat dilihat sebagai moment penting untuk mengevaluasi diri selama setahun penuh; advent dapat direnungkan sebagai tindakan aktif saat menanti dalam kesabaran pengharapan keselamatan; natal dapat dilihat sebagai moment keimanan bukan semarak seremonial; dan tahun baru dapat direnungkan sebagai kesempatan waktu yang Tuhan berikan kepada hidup kita. Selamat memasuki bulan Desember, selamat memasuki minggu Advent, selamat menyambut Natal dan selamat menjelan Tahun Baru. Tuhan memberkati!
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar