Minggu, 20 September 2015

Orang Berhikmat Memerhatikan Segala Kemurahan Tuhan (Khotbah Tanggal 20/09/15 di GKPI JKJK)

(Magelang, Pascaletusan Merapi tahun 2010), Dokumentasi Pribadi

Mzm.107:33-43

Ibu, Bapak, dan Jemaat Sekalian yang Dikasihi oleh Tuhan Yesus!
Ada pepatah yang mengatakan, “Pengalaman adalah guru yang terbaik dalam hidup ini”. Sepintas, hal itu dapat dibenarkan karena hanya pengalaman saja merupakan guru yang tidak memberikan pekerjaan rumah (PR). Manusia hidup berdasarkan pengalamannya, baik itu sedih, senang, pahit, ataupun manis. Seluruh pengalaman yang baik tentu akan coba diulangi lagi karena manusia pada dasarnya adalah makhluk yang ingin hidup bahagia. Dan, kalau menemukan pengalaman yang pahit tentu manusia akan berhati-hati bertindak agar tidak terulang kembali. Sedemikian pentingnya pengalaman itu dalam kehidupan manusia, sehingga Tuhan mengajarkan manusia berhikmat melalui pengalaman-pengalaman hidup mereka, terkhusus melalui pengalaman ber-Tuhan.
Ibu, Bapak, dan Jemaat yang dikasihi Tuhan!
Penulis Mazmur 107 menggambarkan setidaknya ada empat gambaran orang di segala penjuru dunia (ay.3) sebagai pembelajaran atas penyertaan Tuhan dalam kehidupan umat percaya, yaitu:
1.     Gambaran pertama adalah orang yang mengembara di padang belantara:
Diceritakan dalam Mazmur 107:4-9 bahwa mereka ini mengembara melewati jalan kota di mana tidak ada kehidupan di sana sehingga mereka menjadi lapar dan haus. Di saat mereka lemah dan lesu, mereka berseru kepada Tuhan sehingga mereka dilepaskan dari kecemasan. Pada akhirnya, mereka bersyukur karena pertolongan Tuhan yang ajaib sehingga jiwa mereka dipuaskan dan kenyangkan dengan kebaikan Tuhan.
2.     Orang yang terkurung karena memberontak pada perintah Allah:
Diceritakan dalam Mazmur 107:10-16, para pemberontak ini duduk diam dalam gelap dan kelam. Mareka juga terkurung dalam sengsara dan besi. Namun, mereka berseru kepada Tuhan dan Tuhan pun menyelamatkan mereka. Mereka akhirnya dapat bersyukur karena perbuatan Tuhan yang ajaib sehingga palang pintu besi dan pintu tembaga dihancurkan-Nya
3.     Orang yang sakit karena berbuat dosa:
Diceritakan dalam Mazmur 107:17-22, ada orang yang sakit karena dosa dan kesalahan mereka. Sampai mereka tidak dapat makan dan minum, lalu sekarat kondisinya. Mereka kemudian berseru kepada Tuhan dan Tuhan mendengarkan mereka lalu menyelamatkannya. Mereka akhirnya bersyukur karena perbuatan ajaib Tuhan terhadap anak-anak manusia.
4.     Orang yang mengarungi laut dengan kapal untuk berdagang:
Diceritakan dalam Mazmur 107:23-32, ada orang yang berdagang di lalutan luas. Namun, di tengah tingginya transaksi perdagangan, Tuhan mendatangkan badai di laut sehingga mereka nyaris celaka. Maka, mereka berseru kepada Tuhan. Tuhan yang mendengarkan seruan itu pun menyelamatkan mereka dengan mengantarkan mereka ke pelabuhan ke sukaan. Mereka pun bersyukur karena perbuatan ajaib-Nya pada anak-anak manusia.

Ibu, Bapak, dan Jemaat yang dikasihi oleh Tuhan Yesus!
Apa yang ingin disampaikan dari empat gambaran yang diangkat oleh penulis Mazmur 107 itu? Menurut hemat saya, ada satu pesan yang ingin disampaikan, yaitu bagaimana ketika manusia mengalami pergumulan yang sangat hebat, baik itu dikarenakan oleh langkahnya yang sesat, pemberontakannya kepada Tuhan, kesakitannya sebab dosa kesalahan, serta kelimpahan harta benda, Tuhan pada akhirnya menyelamatkan mereka karena mereka memang berseru kepada Tuhan. Penulis Mazmur 107 menutup aksi penyelamatan Tuhan atas empat gambaran itu dengan kalimat “Biarlah mereka bersyukur kepada Tuhan karena kasih setia-Nya dan karena perbuatan-perbuatan-Nya yang ajaib terhadap anak-anak manusia”
Lalu, apa kaitannya keempat gambaran itu dengan nas kita saat ini? Pertama, Nas saat ini menegaskan kembali bahwa dalam kasih setia-Nya, Tuhan mendengar seruan orang tertindas. Ayat 41 cukup jelas menggambarkan bagaimana Tuhan membentengi orang miskin. Kedua, nas kita saat ini menegaskan bagaimana perbuatan-perbuatan ajaib Tuhan terhadap anak-anak manusia tidak lain merupakan kemurahan Tuhan semata. Tuhan memutarbalikkan kondisi yang ada di dunia di mana anak-anak manusia berada, Sungai-sungai dijadikan-Nya padang gurun dan pancaran air menjadi tanah gersang. (ay.33) Tetapi, padang gurun dijadikan-Nya kolam air, serta tanah kering menjadi pancaran air (ay.35). Sehingga, orang miskin yang dibentengi Tuhan ditempatkan di sana. Lalu, panen yang tidak merata. Ada yang gagal panen karena tanahnya berubah menjadi tanah asin (ay.34). Tetapi, ada yang panen berlimpah karena Tuhan memberkati (ay.37-38). Sehingga, para orang jahat akan terus berkurang dan celaka. Bahkan, orang yang terkemuka sangat menderita dibuat-Nya (ay.39-40). Tidak ada alasan lagi bagi orang yang jahat untuk iri dengan orang benar, ketika Tuhan telah bertindak. Lalu, Penulis Mazmur 107 ini menyimpulkan bahwa orang berhikmat harus belajar dari semua pengalaman ini karena tidak ada yang bisa selamat tanpa kemurahan Tuhan semata.
Ibu, Bapak, dan Jemaat sekalian yang dikasihi oleh Tuhan Yesus!
Dari sekian jauh pembahasan kita, pertanyaannya kemudian adalah apakah yang dapat kita refleksikan-aplikasikan dari nas firman Tuhan saat ini? Saya mencatat setidaknya ada dua hal yang dapat kemudian kita refleksi-aplikasikan dalam kehidupan beriman kita, yaitu:
1.     Adakah kita, umat percaya, benar-benar menghayati kasih setia Tuhan di saat mengalami tekanan yang begitu besar dalam hidup ini? Kita ambil contoh peristiwa kriminal yang baru saja terjadi beberapa waktu lalu di kota Pematangsiantar yang menggegerkan. Seorang Bapak bermarga Sirait (41 tahun) harus merenggang nyawa karena ditikam oleh teman sekampungnya yaitu seorang Bapak bernama Malau (61 tahun). Sebenarnya, motif pembunuhannya sangat sepele, yaitu karena Bapak Malau merasa sakit hati dipermalukan di depan umum ketika ada acara adat untuk pemakaman seorang warga kampung. Malau dimarahi oleh Sirait karena seharusnya jambar pakkalung (jambar untuk mengangkat jenazah dan menggali makam) tidak boleh diambil sebelum Suhut (tuan rumah acara adat membagikannya). Karena Bapak Malau mengambil tanpa pemberitahuan, acara menjadi ricuh karena hilangnya jambar pakkalung. Mungkin, karena sangat kesalnya, Bapak Sirait sebagai ketua Serikat pada saat itu spontan memarahi Bapak Malau. Walaupun pada saat itu Bapak Malau diam, tapi ia menyimpan dendam. Sorenya, saat Bapak Sirait mau menyadap tuak, ia dipanggil oleh Bapak Malau. Di saat itulah, Bapak Malau membunuh Bapak Sirait. Peristiwa ini sangat ironis karena bila Bapak Malau mau menahan dirinya, tentu ia tidak akan bertindak bodoh seperti itu. Bapak Malau tentu harus mengingat bagaimana juga Yesus dicaci maki di depan umum. Tidak hanya itu saja, Yesus pun ditelanjangi di depan umum. Namun, Yesus memaafkan orang yang menyakiti dan mempermalukan-Nya. Mengapa? Karena, Yesus sangat mengasihi umat manusia sehingga ia setia rela menanggung beban berat. Kasih setia Tuhan yang dibuktikan-Nya sampai di kayu salib memang tidak menghentikan kekerasan di dunia ini, tetapi Yesus menunjukkan bahwa dengan kasih setia, perdamaian Allah dengan manusia diadakan. Sehingga, setiap manusia yang telah kehilangan kemuliaan Tuhan karena dosa, dapat berseru kembali kepada Allah, karena Yesus telah membangun jembatan yang rusak oleh karena dosa. Karenanya, ketika penderitaan yang kita alami begitu beratnya, berdasarkan kasih setia itu, kita dapat langsung berseru kepada Tuhan. Dan, Tuhan akan menggerakkan tangan-Nya yang penuh kuasa itu untuk menolong kita.
2.     Yakinkah kita akan perbuatan ajaib Tuhan kepada anak-anak manusia adalah kemurahan Tuhan semata? Tentu kita akan sangat frustasi bila seruan kita dalam doa-doa kita tidak didengarkan oleh Tuhan. Contoh saja, bagaimana kemarau yang berkepanjangan di Jambi yang membuat titik api di hutan yang terbakar tidak kunjung padam. Dampaknya, kota Jambi tetap diselimuti oleh asap pembakaran hutan. Doa telah dilakukan oleh banyak orang di Jambi ini. Tidak hanya oleh mereka yang beragama Kristen. Bahkan, teman-teman Muslim di Jambi juga sudah melakukan doa berjemaah agar hujan turun. Namun, hujan tidak turun jua. Begitu pula doa yang dipanjatkan oleh umat Kristen dalam doa syafaatnya di ibadah-ibadah yang dilakukan. Masih saja hujan tidak turun. Secara pribadi, saya belum pernah mendoakan agar hujan turun karena dalam hati kecil saya berbisik bagaimana warga Jambi ke depannya menjadi sadar akan bahayanya eksploitasi sawit secara berlebihan. Namun, ketika kondisi sudah sedemikian rumitnya, tentu doa harus dipanjatkan. Kali ini, vikar GKPI Jambi Kota turut mendoakan agar hujan turun di provinsi Jambi ini bersama seluruh umat percaya di provinsi Jambi. Kita lihat apakah ada pengaruhnya atau tidak untuk turunnya hujan. Kalau hujan tetap tidak kunjung turun, pertanyaannya kemudian adalah apakah kita harus menyerah untuk berdoa? Nas kita saat ini mengajak kita untuk tetap berseru kepada Tuhan bagaimana pun kondisinya. Dalam seruan itu, kita tentu harus memercayai perbuatan-perbuatan ajaib Tuhan. Sehingga, pada saat ini, firman Tuhan menjadi petaruhan bagi umat percaya. Firman Tuhan pada saat ini mengajarkan kita untuk berseru dan memohon pada Tuhan di dalam kesulitan kita. Hal ini akan terus kita lakukan. Tinggal bagaimana kita memercayai bahwa perbuatan ajaib Tuhan akan terjadi untuk menolong kita. Kita tentu percaya bahwa Tuhan akan menolong tepat pada waktunya. Amin?

Ibu, Bapak, dan Jemaat yang dikasihi oleh Tuhan Yesus!
Dengan mengingat kasih setia Tuhan dan tiap perbuatan ajaib Tuhan atas manusia, hikmat kita akan bertambah. Seperti suatu kesaksian yang disampaikan oleh Karolina Sandell Berg. Saat berusia 26 tahun, Karolina menemani ayahnya, Jonas Sandell, untuk menyeberangi Danau Vattern di Swedia dalam rangka tugas pelayanan dari gereja. Namun, peristiwa naas terjadi di mana kapal itu karam dan menewaskan ayahnya. Karolina sendiri selamat entah bagaimana ceritanya. Dalam pergumulannya, ia berpikir mengapa Tuhan mengambil ayahnya sekalipun dalam melaksanakan tugas pelayanan? Karolina tidak dapat berpikir jernih dan begitu sangat sedihnya. Di dalam pergumulanan yang sangat dalam ia kemudian berseru kepada Tuhan dalam suatu tulisan, yang isinya:
Day by day and each passing moment
Strength I find to meet my trials here
Trusting in my father’s wise bestowment
I’ve no cause for worry or for fear
He whose heart is kind beyond all measure
Gves unto each day what He deems best
Lovingly, its part of pain and pleasure,
Mingling toil with peace and rest
Lalu, tulisannya itu diterjemahkan dan dijadilkan lagu oleh Oscar Ahnfelt seperti yang ada di KJ.332. Mari kita nyanyikan bersama-sama.
Dari nyanyian itu kita memahami bahwa hikmat itu menurut Karolina Sandell Berg adalah bagaimana Tuhan memberikan apa yang ia perlu di saat menghadapi duka, sehingga ia dapat terhibur. Dan, nas kita saat ini juga menekankan hal yang sama di mana ketika kita merasa berbeban berat layaknya Karolina Sandell Berg, kita juga harus berseru kepada Tuhan agar ia memberikan kita apa yang kita perlukan melalui perbuatan-perbuatan-Nya yang ajaib. Tentunya, semuanya itu hanya berdasarkan kemurahan Tuhan semata. Kiranya, firman Tuhan saat ini dapat menguatkan iman percaya kita sehingga kita dapat lebih berhikmat dalam mengenali kemurahan Tuhan. Amin.

4 komentar:

  1. Terimakasih khotbahnya Amang.
    Yang menjadi pertanyaan orang percaya apakah ada batas kesabarannya...atau sebaliknya..
    Syalom....

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih atas pertanyaannya, pak. Kesabaran manusia tentu ada batasnya. Banyak hal yang membuat kesabaran manusia yang terbatas itu habis. Oleh karena itu, marah, jengkel, dendam, amuk, dsb adalah ekspresi negatif atas kesabaran manusia yang dirasa sudah habis. Sebagai manusia biasa, umat percaya tentu terkadang melakukan hal-hal yang demikian jika ia menilai kesabarannya sudah habis. Namun, kita terus-menerus diingatkan agar tidak jatuh ke dalam ekspresi negatif dari batas kesabaran yang habis itu. Kita belajar dari bagaimana Yesus ketika diludahi, dicacimaki, disalibkan, Dia masih dapat berkata, "Maafkan mereka karena mereka tidak tahu apa yang sedang diperbuatnya". Meredam emosi negatif saat batas kesabaran itu habis adalah salah satu yang menjadi ujian umat percaya. Caranya, kita coba berpikir positif atas dasar kita menjadi marah. Mungkin kita yang harus memang perlu instropeksi diri. Atau kalaupun kesalahan ada di orang lain, kita dapat memaafkan tindakan mereka pada kita yang tidak pantas. Memang sulit, tapi Tuhan tentu akan memberi kita kekuatan. Sehingga, kita tidak melakukan perbuatan-perbuatan destruktif, seperti membunuh karena dendam, mencaci karena sakit hati, dsb. Tuhan memberkati!

      Hapus
  2. Bang Theo, boleh request tulisan tentang penginjilan/evangelism? Saya masih bingung perihal evangelism. apakah penginjilan harus/wajib dilakukan dengan berbicara langsung kepada orang yang beragama lain tentang kekristenan. ataukah bisa dilakukan hanya dengan berbuat baik, menjadi garam dan terang tanpa membawa-bawa kepercayaan kita sendiri?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih atas respons dan request-nya, Bapak/Ibu. Saya akan coba tulis jawaban saya pada tulisan ke depannya. Tuhan memberkati!

      Hapus