(Magelang, Pascaletusan Merapi tahun 2010), Dokumentasi Pribadi |
Mzm.107:33-43
Ibu,
Bapak, dan Jemaat Sekalian yang Dikasihi oleh Tuhan Yesus!
Ada
pepatah yang mengatakan, “Pengalaman adalah guru yang terbaik dalam hidup ini”.
Sepintas, hal itu dapat dibenarkan karena hanya pengalaman saja merupakan guru
yang tidak memberikan pekerjaan rumah (PR). Manusia hidup berdasarkan
pengalamannya, baik itu sedih, senang, pahit, ataupun manis. Seluruh pengalaman
yang baik tentu akan coba diulangi lagi karena manusia pada dasarnya adalah
makhluk yang ingin hidup bahagia. Dan, kalau menemukan pengalaman yang pahit tentu
manusia akan berhati-hati bertindak agar tidak terulang kembali. Sedemikian
pentingnya pengalaman itu dalam kehidupan manusia, sehingga Tuhan mengajarkan
manusia berhikmat melalui pengalaman-pengalaman hidup mereka, terkhusus melalui
pengalaman ber-Tuhan.
Ibu,
Bapak, dan Jemaat yang dikasihi Tuhan!
Penulis
Mazmur 107 menggambarkan setidaknya ada empat gambaran orang di segala penjuru dunia (ay.3) sebagai pembelajaran atas
penyertaan Tuhan dalam kehidupan umat percaya, yaitu:
1. Gambaran pertama
adalah orang yang mengembara di padang belantara:
Diceritakan dalam Mazmur 107:4-9 bahwa
mereka ini mengembara melewati jalan kota di mana tidak ada kehidupan di sana
sehingga mereka menjadi lapar dan haus. Di saat mereka lemah dan lesu, mereka
berseru kepada Tuhan sehingga mereka dilepaskan dari kecemasan. Pada akhirnya,
mereka bersyukur karena pertolongan Tuhan yang ajaib sehingga jiwa mereka
dipuaskan dan kenyangkan dengan kebaikan Tuhan.
2. Orang yang terkurung
karena memberontak pada perintah Allah:
Diceritakan dalam Mazmur 107:10-16, para
pemberontak ini duduk diam dalam gelap dan kelam. Mareka juga terkurung dalam
sengsara dan besi. Namun, mereka berseru kepada Tuhan dan Tuhan pun
menyelamatkan mereka. Mereka akhirnya dapat bersyukur karena perbuatan Tuhan
yang ajaib sehingga palang pintu besi dan pintu tembaga dihancurkan-Nya
3. Orang yang sakit
karena berbuat dosa:
Diceritakan dalam Mazmur 107:17-22, ada
orang yang sakit karena dosa dan kesalahan mereka. Sampai mereka tidak dapat
makan dan minum, lalu sekarat kondisinya. Mereka kemudian berseru kepada Tuhan
dan Tuhan mendengarkan mereka lalu menyelamatkannya. Mereka akhirnya bersyukur
karena perbuatan ajaib Tuhan terhadap anak-anak manusia.
4. Orang yang mengarungi
laut dengan kapal untuk berdagang:
Diceritakan dalam Mazmur 107:23-32, ada
orang yang berdagang di lalutan luas. Namun, di tengah tingginya transaksi
perdagangan, Tuhan mendatangkan badai di laut sehingga mereka nyaris celaka. Maka,
mereka berseru kepada Tuhan. Tuhan yang mendengarkan seruan itu pun
menyelamatkan mereka dengan mengantarkan mereka ke pelabuhan ke sukaan. Mereka pun
bersyukur karena perbuatan ajaib-Nya pada anak-anak manusia.
Ibu,
Bapak, dan Jemaat yang dikasihi oleh Tuhan Yesus!
Apa
yang ingin disampaikan dari empat gambaran yang diangkat oleh penulis Mazmur
107 itu? Menurut hemat saya, ada satu pesan yang ingin disampaikan, yaitu
bagaimana ketika manusia mengalami pergumulan yang sangat hebat, baik itu
dikarenakan oleh langkahnya yang sesat, pemberontakannya kepada Tuhan,
kesakitannya sebab dosa kesalahan, serta kelimpahan harta benda, Tuhan pada
akhirnya menyelamatkan mereka karena mereka memang berseru kepada Tuhan. Penulis
Mazmur 107 menutup aksi penyelamatan Tuhan atas empat gambaran itu dengan
kalimat “Biarlah mereka bersyukur kepada Tuhan karena kasih setia-Nya dan
karena perbuatan-perbuatan-Nya yang ajaib terhadap anak-anak manusia”
Lalu,
apa kaitannya keempat gambaran itu dengan nas kita saat ini? Pertama,
Nas saat ini menegaskan kembali bahwa dalam kasih setia-Nya, Tuhan
mendengar seruan orang tertindas. Ayat 41 cukup jelas menggambarkan bagaimana
Tuhan membentengi orang miskin. Kedua, nas kita saat ini menegaskan
bagaimana perbuatan-perbuatan ajaib Tuhan terhadap anak-anak manusia
tidak lain merupakan kemurahan Tuhan semata. Tuhan
memutarbalikkan kondisi yang ada di dunia di mana anak-anak manusia berada, Sungai-sungai dijadikan-Nya padang gurun
dan pancaran air menjadi tanah gersang. (ay.33) Tetapi, padang gurun dijadikan-Nya kolam air, serta tanah kering menjadi
pancaran air (ay.35). Sehingga, orang miskin yang dibentengi Tuhan ditempatkan
di sana. Lalu, panen yang tidak merata. Ada yang gagal panen karena tanahnya
berubah menjadi tanah asin (ay.34). Tetapi, ada yang panen berlimpah karena
Tuhan memberkati (ay.37-38). Sehingga, para orang jahat akan terus berkurang
dan celaka. Bahkan, orang yang terkemuka sangat menderita dibuat-Nya
(ay.39-40). Tidak ada alasan lagi bagi orang yang jahat untuk iri dengan orang
benar, ketika Tuhan telah bertindak. Lalu, Penulis Mazmur 107 ini menyimpulkan
bahwa orang berhikmat harus belajar dari semua pengalaman ini karena tidak ada
yang bisa selamat tanpa kemurahan Tuhan semata.
Ibu,
Bapak, dan Jemaat sekalian yang dikasihi oleh Tuhan Yesus!
Dari
sekian jauh pembahasan kita, pertanyaannya kemudian adalah apakah yang dapat
kita refleksikan-aplikasikan dari nas firman Tuhan saat ini? Saya mencatat
setidaknya ada dua hal yang dapat kemudian kita refleksi-aplikasikan dalam
kehidupan beriman kita, yaitu:
1. Adakah kita, umat percaya, benar-benar menghayati kasih
setia Tuhan di saat mengalami tekanan yang begitu besar dalam hidup ini? Kita ambil contoh
peristiwa kriminal yang baru saja terjadi beberapa waktu lalu di kota
Pematangsiantar yang menggegerkan. Seorang Bapak bermarga Sirait (41 tahun)
harus merenggang nyawa karena ditikam oleh teman sekampungnya yaitu seorang
Bapak bernama Malau (61 tahun). Sebenarnya, motif pembunuhannya sangat sepele,
yaitu karena Bapak Malau merasa sakit hati dipermalukan di depan umum ketika ada
acara adat untuk pemakaman seorang warga kampung. Malau dimarahi oleh Sirait
karena seharusnya jambar pakkalung (jambar untuk mengangkat jenazah dan
menggali makam) tidak boleh diambil sebelum Suhut (tuan rumah acara adat
membagikannya). Karena Bapak Malau mengambil tanpa pemberitahuan, acara menjadi
ricuh karena hilangnya jambar pakkalung. Mungkin, karena sangat kesalnya, Bapak
Sirait sebagai ketua Serikat pada saat itu spontan memarahi Bapak Malau. Walaupun
pada saat itu Bapak Malau diam, tapi ia menyimpan dendam. Sorenya, saat Bapak
Sirait mau menyadap tuak, ia dipanggil oleh Bapak Malau. Di saat itulah, Bapak
Malau membunuh Bapak Sirait. Peristiwa ini sangat ironis karena bila Bapak Malau
mau menahan dirinya, tentu ia tidak akan bertindak bodoh seperti itu. Bapak
Malau tentu harus mengingat bagaimana juga Yesus dicaci maki di depan umum. Tidak
hanya itu saja, Yesus pun ditelanjangi di depan umum. Namun, Yesus memaafkan
orang yang menyakiti dan mempermalukan-Nya. Mengapa? Karena, Yesus sangat
mengasihi umat manusia sehingga ia setia rela menanggung beban berat. Kasih
setia Tuhan yang dibuktikan-Nya sampai di kayu salib memang tidak menghentikan
kekerasan di dunia ini, tetapi Yesus menunjukkan bahwa dengan kasih setia,
perdamaian Allah dengan manusia diadakan. Sehingga, setiap manusia yang telah
kehilangan kemuliaan Tuhan karena dosa, dapat berseru kembali kepada Allah,
karena Yesus telah membangun jembatan yang rusak oleh karena dosa. Karenanya,
ketika penderitaan yang kita alami begitu beratnya, berdasarkan kasih setia
itu, kita dapat langsung berseru kepada Tuhan. Dan, Tuhan akan menggerakkan
tangan-Nya yang penuh kuasa itu untuk menolong kita.
2. Yakinkah kita akan
perbuatan ajaib Tuhan kepada anak-anak manusia adalah kemurahan Tuhan semata?
Tentu kita akan sangat frustasi bila seruan kita dalam doa-doa kita tidak
didengarkan oleh Tuhan. Contoh saja, bagaimana kemarau yang berkepanjangan di
Jambi yang membuat titik api di hutan yang terbakar tidak kunjung padam. Dampaknya,
kota Jambi tetap diselimuti oleh asap pembakaran hutan. Doa telah dilakukan
oleh banyak orang di Jambi ini. Tidak hanya oleh mereka yang beragama Kristen. Bahkan,
teman-teman Muslim di Jambi juga sudah melakukan doa berjemaah agar hujan
turun. Namun, hujan tidak turun jua. Begitu pula doa yang dipanjatkan oleh umat
Kristen dalam doa syafaatnya di ibadah-ibadah yang dilakukan. Masih saja hujan
tidak turun. Secara pribadi, saya belum pernah mendoakan agar hujan turun
karena dalam hati kecil saya berbisik bagaimana warga Jambi ke depannya menjadi
sadar akan bahayanya eksploitasi sawit secara berlebihan. Namun, ketika kondisi
sudah sedemikian rumitnya, tentu doa harus dipanjatkan. Kali ini, vikar GKPI
Jambi Kota turut mendoakan agar hujan turun di provinsi Jambi ini bersama
seluruh umat percaya di provinsi Jambi. Kita lihat apakah ada pengaruhnya atau
tidak untuk turunnya hujan. Kalau hujan tetap tidak kunjung turun,
pertanyaannya kemudian adalah apakah kita harus menyerah untuk berdoa? Nas kita
saat ini mengajak kita untuk tetap berseru kepada Tuhan bagaimana pun
kondisinya. Dalam seruan itu, kita tentu harus memercayai perbuatan-perbuatan
ajaib Tuhan. Sehingga, pada saat ini, firman Tuhan menjadi petaruhan bagi umat
percaya. Firman Tuhan pada saat ini mengajarkan kita untuk berseru dan memohon
pada Tuhan di dalam kesulitan kita. Hal ini akan terus kita lakukan. Tinggal bagaimana
kita memercayai bahwa perbuatan ajaib Tuhan akan terjadi untuk menolong kita. Kita
tentu percaya bahwa Tuhan akan menolong tepat pada waktunya. Amin?
Ibu,
Bapak, dan Jemaat yang dikasihi oleh Tuhan Yesus!
Dengan
mengingat kasih setia Tuhan dan tiap perbuatan ajaib Tuhan atas manusia, hikmat
kita akan bertambah. Seperti suatu kesaksian yang disampaikan oleh Karolina
Sandell Berg. Saat berusia 26 tahun, Karolina menemani ayahnya, Jonas Sandell, untuk
menyeberangi Danau Vattern di Swedia dalam rangka tugas pelayanan dari gereja. Namun,
peristiwa naas terjadi di mana kapal itu karam dan menewaskan ayahnya. Karolina
sendiri selamat entah bagaimana ceritanya. Dalam pergumulannya, ia berpikir
mengapa Tuhan mengambil ayahnya sekalipun dalam melaksanakan tugas pelayanan?
Karolina tidak dapat berpikir jernih dan begitu sangat sedihnya. Di dalam
pergumulanan yang sangat dalam ia kemudian berseru kepada Tuhan dalam suatu
tulisan, yang isinya:
Day by day and each passing moment
Strength I find to meet my trials here
Trusting in my father’s wise bestowment
I’ve no cause for worry or for fear
He whose heart is kind beyond all measure
Gves unto each day what He deems best
Lovingly, its part of pain and pleasure,
Mingling toil with peace and rest
Lalu,
tulisannya itu diterjemahkan dan dijadilkan lagu oleh Oscar Ahnfelt seperti
yang ada di KJ.332. Mari kita nyanyikan bersama-sama.
Dari
nyanyian itu kita memahami bahwa hikmat itu menurut Karolina Sandell Berg
adalah bagaimana Tuhan memberikan apa yang ia perlu di saat menghadapi duka,
sehingga ia dapat terhibur. Dan, nas kita saat ini juga menekankan hal yang
sama di mana ketika kita merasa berbeban berat layaknya Karolina Sandell Berg,
kita juga harus berseru kepada Tuhan agar ia memberikan kita apa yang kita
perlukan melalui perbuatan-perbuatan-Nya yang ajaib. Tentunya, semuanya itu
hanya berdasarkan kemurahan Tuhan semata. Kiranya, firman Tuhan saat ini dapat
menguatkan iman percaya kita sehingga kita dapat lebih berhikmat dalam
mengenali kemurahan Tuhan. Amin.
Terimakasih khotbahnya Amang.
BalasHapusYang menjadi pertanyaan orang percaya apakah ada batas kesabarannya...atau sebaliknya..
Syalom....
Terima kasih atas pertanyaannya, pak. Kesabaran manusia tentu ada batasnya. Banyak hal yang membuat kesabaran manusia yang terbatas itu habis. Oleh karena itu, marah, jengkel, dendam, amuk, dsb adalah ekspresi negatif atas kesabaran manusia yang dirasa sudah habis. Sebagai manusia biasa, umat percaya tentu terkadang melakukan hal-hal yang demikian jika ia menilai kesabarannya sudah habis. Namun, kita terus-menerus diingatkan agar tidak jatuh ke dalam ekspresi negatif dari batas kesabaran yang habis itu. Kita belajar dari bagaimana Yesus ketika diludahi, dicacimaki, disalibkan, Dia masih dapat berkata, "Maafkan mereka karena mereka tidak tahu apa yang sedang diperbuatnya". Meredam emosi negatif saat batas kesabaran itu habis adalah salah satu yang menjadi ujian umat percaya. Caranya, kita coba berpikir positif atas dasar kita menjadi marah. Mungkin kita yang harus memang perlu instropeksi diri. Atau kalaupun kesalahan ada di orang lain, kita dapat memaafkan tindakan mereka pada kita yang tidak pantas. Memang sulit, tapi Tuhan tentu akan memberi kita kekuatan. Sehingga, kita tidak melakukan perbuatan-perbuatan destruktif, seperti membunuh karena dendam, mencaci karena sakit hati, dsb. Tuhan memberkati!
HapusBang Theo, boleh request tulisan tentang penginjilan/evangelism? Saya masih bingung perihal evangelism. apakah penginjilan harus/wajib dilakukan dengan berbicara langsung kepada orang yang beragama lain tentang kekristenan. ataukah bisa dilakukan hanya dengan berbuat baik, menjadi garam dan terang tanpa membawa-bawa kepercayaan kita sendiri?
BalasHapusTerima kasih atas respons dan request-nya, Bapak/Ibu. Saya akan coba tulis jawaban saya pada tulisan ke depannya. Tuhan memberkati!
Hapus