Ilustrasi Gambar: Dikutip dari Internet |
Ibu, Bapak, dan Jemaat sekalian yang dikasihi oleh Tuhan
Yesus Kristus, Sang Kepala Gereja!
Ada fenomena yang menarik di negara kita belakangan ini. Banyak
kalangan yang membicarakan tentang anjloknya nilai tukar rupiah terhadap dolar
amerika, mulai dari para ekonom, pelaku bisnis, pekerja, pedagang, sampai orang
yang awam dengan ekonomi pun turut mengomentari. Dari pembicaraan yang
dihasilkan, ada yang memberikan simpulan kritis terhadap kondisi ekonomi dunia
dan ada pula yang mengkritisi pemerintah yang dinilai gagal mengelola ekonomi
di Indonesia. Secara pribadi, saya melihat lemahnya nilai tukar rupiah terhadap
dolar disebabkan oleh dua faktor yaitu eksternal dan internal. Faktor eksternal
menunjukkan ada pengaruh luar negeri dalam melemahnya nilai tukar rupiah. Pertama,
kebijakan dari bank sentral Amerika Serikat, Federal Reserve, yang menaikkan
suku bunga USD menjadi 0,25%. Artinya, karena suku bunga merupakan harga dari
uang, itu mengindikasikan teknik menaikkan harga uang adalah dengan cara mengurangi jumlah uang
yang beredar. Itulah yang menyebabkan mengapa banyak orang yang kemudian
menjual dolar mereka. Menjadi begitu berpengaruh ke seluruh dunia termasuk
Indonesia, karena USD merupakan mata uang perdagangan internasional, serta
Amerika merupakan konsumen terbesar di dunia di mana menguasai lebih dari 20%
perdagangan di dunia. Kebijakan Amerika Serikat ini kemudian diperburuk dengan
Cina/Tiongkok yang beberapa bulan terakhir mengurangi belanja barang mentah
atau setengah jadi dari tiap negara, termasuk Indonesia, akibat anjloknya nilai tukar mata uang mereka, Yuan. Pengaruh Cina menjadi
sangat terasa karena Cina merupakan salah satu pabrik terbesar di dunia,
sehingga perlambatan ekonomi Cina akan menurunkan ekspor tiap negara. Sedangkan
faktor internal disebabkan oleh pertama, industri Indonesia yang begitu dimanja oleh pemerintah sehingga kurang berdaya saing. Ini mengakibatkan ketergantungan
pada ekspor komoditas sangat tinggi. Mungkin, inilah sebabnya pemerintah saat
ini memberikan kelonggaran pada tenaga kerja asing di Indonesia untuk
meningkatkan kompetisi dalam industri dalam negeri. Faktor kedua, adalah
kuatnya ketergantungan pada ekspor komoditas, tapi pembangunan infrastruktur
dan sumber daya manusia tidak dibangun dan diberdayakan. Sehingga, kekayaan sumber
daya alam Indonesia (minyak bumi, gas alam, batubara, kelapa sawit) menjadi
tumpuan ekspor komoditi Indonesia. Celakanya, hal itu bisa menjadi kutukan bagi
bangsa Indonesia karena ketika ada gejolak ekonomi global akan sangat memengaruhi
ekspor komoditi Indonesia. Kita bisa lihat bagaimana saat ini harga TBS (Tandan
Buah Segar) Sawit saat ini sedang anjlok di level yang memprihatinkan. Sampai
akhir Agustus 2015, Data Smart
Agribusiness and Food mencatatkan harga TBS per kilogramnya adalah Rp.895,-
Sedangkan, di beberapa daerah sudah ada yang mencapai Rp.467,- Apakah ada
kaitannya antara pelemahan nilai tukar rupiah dengan turunnya harga sawit? Mungkin saja ada dan mungkin saja tidak. Kemungkinan ada pengaruhnya karena sebagaimana
telah dijelaskan sebelumnya bahwa Cina mengurangi belanja bahan mentah dan
bahan setengah jadi, termasuk dari Indonesia yang mengandalkan ekspor komoditi.
Sedangkan, tidak mungkin ada pengaruh, bisa saja karena masih banyaknya negara
importir yang menyimpan stock sawit. Bisa dimaklumi bagaimana di Indonesia,
banyak ekspoloitasi sawit berlebih sehingga bisa ada kemungkinan terjadinya
permainan harga sawit oleh oknum yang nakal dalam hal transparansi harga. Bagi
beberapa pemilik lahan sawit, seperti jemaat di GKPI JKJK, hal ini seperti
suatu bencana. Tapi, bagi para aktivis ekologi, seperti saya, sangat mensyukuri
fenomena ini karena dapat mengurangi ekspolitasi berlebih.
Ibu, Bapak, dan Jemaat yang dikasihi oleh Tuhan Yesus
Kristus, Sang Kepala Gereja!
Apakah hubungan cerita di atas dengan nas khotbah kita pada
saat ini? Ada suatu pola kesamaan antara persoalan yang tengah terjadi di
antara keduanya. Yesaya 35 masih tergolong di dalam Proto Yesaya. Ini berarti
bangsa Israel belum berada di tanah pembuangan, tetapi mereka sudah diberitahu
apa yang akan terjadi. Penyebab mereka dibuang dapat dipahami dalam dua sebab,
yaitu sebab eksternal dan internal. Sebab eksternalnya adalah kesalahan sikap politik dari
bangsa Israel yang meminta perlindungan pada bangsa Mesir, di mana Mesir pada
saat itu berhasil ditaklukkan oleh Babilonia. Dampaknya, Israel sebagai bagian
dari koloni Mesir kemudian jatuh pada Babilonia. Sedangkan sebab internalnya
adalah alasan teologis, di mana bangsa Israel tidak lagi memandang Allah
sebagai Tuhan. Bangsa Israel memilih bertaut pada Mesir dengan dewa-dewanya
sehingga bangsa Israel akan segera dihukum oleh Tuhan. Bagi banyak orang,
pembuangan Israel ke Babilonia dapat dipahami sebagai suatu penderitaan yang
sangat menyedihkan dan memilukan. Namun, ada saja hal positif dari situasi buruk termasuk pembuangan itu, karena sekalipun mereka dihukum oleh Tuhan, akan tetapi Tuhan
Allah berjanji tidak meninggalkan mereka begitu saja. Akan ada keselamatan bagi umat
Tuhan di suatu hari, sehingga dalam pembuangan nantinya bangsa Israel dapat
belajar dari kesalahan mereka. Hal itu disampaikan Allah melalui Yesaya dalam
ungkapan-ungkapan kesalamatan yang salah satu bagiannya adalah nas kita pada saat
ini. Apa isi ungkapan keselamatan yang disampaikan Allah melalui Yesaya?
Pertama, agar umat Tuhan menguatkan tangan mereka yang lemah
lesu dan meneguhkan lutut mereka yang goyah. Sehingga, mereka dapat menguatkan
teman/rekan/keluarga mereka yang lain. Ungkapan inilah nantinya yang akan memberikan semangat untuk mereka
tidak takut dalam menghadapi pembuangan yang menyedihkan itu. Penderitaan dan
kesengsaraan harus mereka hadapi dengan ketabahan dan ketegaran. Sehingga,
mereka tidak putus asa dan menjadi kehilangan pengharapan. Alasan mereka tidak
putus asa dan kehilangan pengharapan ada pada kalimat berikutnya, “Lihatlah
Allahmu akan datang dengan pembalasan dan dengan ganjaran Allah. Ia sendiri
akan menyelamatkan kamu”. Kalimat ini menggambarkan bahwa Allah akan menjadi
pahlawan mereka dalam mendapatkan kemerdekaannya kemudian. Tentu, hal ini
terjadi setelah bangsa Israel dalam pembuangannya dapat merenungkan kesalahan
yang telah mereka lakukan. Dari perenungan itulah mereka nantinya akan
mengetahui sebagaimana vitalnya peran Allah di tengah-tengah kehidupan mereka. Tanpa
Allah, mereka hanya budak yang sengsara, memprihatinkan, dan menyedihkan. Bila
kemudian kita menarik kalimat keselamatan ini pada diri kita, umat percaya masa
kini, bukankah kita menemukan bahwa sering permasalahan yang kita alami adalah
sebagai dari dampak dari kesombongan pribadi kita. Seolah, kita merasa dapat
mengerjakan, membereskan, dan menangani segala sesuatu. Lalu, kita melupakan
peran serta Tuhan di tengah-tengah aktivitas kita. Dampaknya, keegoisan kita
muncul bahwa pekerjaan/hal itu tidak mungkin terjadi kalau aku tidak turun
tangan mengerjakannya. Itu bila konteksnya kita berhasil. Namun, kita kemudian
baru mengingat Tuhan bila mengalami kegagalan. “Mengapa tidak melibatkan Tuhan
dalam perencanaan?”. Hal yang menarik kita jumpai di beberapa kepanitiaan, ada
satu seksi yang dikhususkan untuk tim doa. Pertanyaannya, “apakah demikian cara
melibatkan Tuhan dalam satu kepanitiaan?”. Dalam kajian teologis saya, saya
tidak menemukan ada kesungguhan untuk melibatkan Tuhan dalam rencana
kepanitiaan. Mengapa? Karena, pihak yang dipercayakan untuk berdoa di
waktu-waktu hanya beberapa orang saja sedangkan yang lain sibuk dengan
urusannya. Jika memang serius melibatkan Tuhan dalam kepanitiaan, tentu kita
akan benar-benar mendoakan kegiatan kita. Dari pembahasan sejauh ini, kita
mendapatkan kesimpulan bahwa umat Tuhan memang jarang melibatkan Tuhan dalam
perencanaan hidupnya. Sehingga, kita baru mengingat Tuhan ketika kegagalan
menimpa kita. Walaupun begitu, firman Tuhan bagi kita sangat indah hari ini.
Tuhan melalui kitab Yesaya ingin mengatakan agar kita tetap tabah dan tegar di
dalam kegagalan hidup. Biar dalam kesedihan itu, kita merenungkan kelalaian kita
dalam melibatkan Tuhan. Karena, Tuhan sendiri yang telah berjanji akan
menyelamatkan kita yang tengah bersedih. Hanya, kita tidak boleh kehilangan
pengharapan kita akan Tuhan.
Ibu, Bapak, dan Jemaat yang dikasihi oleh Tuhan Yesus Kristus
Sang Kepala Gereja!
Hal kedua yang dapat kita pelajari dari firman Tuhan pada
saat ini adalah ketika nanti Tuhan menolong dan menyelamatkan, itu ibaratkan
mata orang buta dicelikkan, telinga orang tuli dibuka (ay.5), orang lumpuh melompat
seperti rusa (ay.6), mata air memancar di padang gurun (ay.6). tanah pasir
menjadi kolam (ay.7a). Gambaran-gambaran ini ingin menunjukkan betapa
dahsyatnya lawatan pertolongan Allah. Satu kata yang bisa kita gunakan untuk
gambaran-gambaran itu adalah “mukjizat”. Per definisi, mukjizat dapat kita
artikan sebagai peristiwa yang sukar dijangkau oleh kemampuan akal manusia;
ajaib. Bagaimana mungkin orang buta dapat melihat? Orang tuli dapat mendengar? Orang
lumpuh melompat seperti rusa? Ada mata air di padang gurun? Tanah pasir menjadi
kolam? Tentu hal itu sangat tidak mungkin diterima akal pikiran manusia normal.
Namun, begitulah gambaran ketika Allah menolong bangsa Israel yang tidak
berdaya. Dalam pikiran bangsa Israel tentu mereka menyadari kondisi bangsa
mereka yang kecil dan tidak berdaya itu. Akan sangat sulit rasanya untuk
merdeka dari Babilonia yang sangat besar, perkasa, dan memiliki armada tempur
yang kuat. Namun, kuasa Allah bekerja di luar akal pikiran manusia. Hal itu
terbukti kemudian ketika bangsa Persia menaklukkan Babilonia sehingga bangsa
Israel berada di tangan Koresh, Raja Persia. Secara ajaib, Koresh membebaskan
bangsa Israel tanpa tekanan pertempuran. Bahkan, Raja Koresh membantu bangsa
Israel untuk membangun kembali reruntuhan Bait Allah yang dihancurkan oleh
Babilonia. Inilah pekerjaan penyelamatan Allah yang di luar akal pikiran
manusia. Kemudian, jika hal ini diperhadapkan pada kita, maka kita akan merasa
dikuatkan karena Tuhan Allah dapat menolong seberat apapun persoalan hidup
kita. Ketika manusia angkat tangan dan menyerahkan kehidupannya kepada Tuhan,
di situ Tuhan turun tangan. Yang terpenting, bagaimana kita dapat tekun dalam
bersabar menghadapi penderitaan. Serta, kita tidak putus-putusnya berdoa pada
Tuhan agar Dia berkenan untuk menyendengkan telinga-Nya lalu menolong kita. Apabila
Tuhan telah melawat umat-Nya, maka akan banyak keajaiban-keajaiban yang akan
kita rasakan.
Hal ini, secara pribadi, saya aminkan di dalam perjalanan
beriman. Saya menyaksikan bagaimana tangan Tuhan yang menolong saya dari
penderitaan hidup. Suatu kali, saya pernah menyerah untuk menyelesaikan studi
lanjut saya. Sebenarnya, saya tidak ada permasalahan dengan akademik. Nilai saya
bagus, mata kuliah di tahun pertama semua sudah tuntas, tinggal penulisan
tesis. Awalnya, saya menganggap tesis dapat dikerjakan sembari bekerja karena
saya secara logis berpikir tidak ada kendala jika penulisan tesis dilakukan
sambil bekerja. Oleh karena itu, saya memutuskan untuk mencari pekerjaan dan
ketepatan diterima di salah satu Yayasan Pendidikan Kristen terbesar di
Indonesia. Saya begitu menikmati pekerjaan yang saya lakoni sehingga lupa menyampingkan
penulisan tesis. Maklum, saya saat itu sangat berorientasi pada pendapatan yang
saya terima dari pekerjaan. Bagi saya, tolak ukur kesuksesan hidup itu adalah
kemandirian dan kemapanan. Sampai, saya disurati oleh pihak kampus mengapa saya
belum menulis tesis? Ketika mencoba berkonsultasi dengan pihak keluarga, saya
malah disalahkan karena tidak memiliki fokus utama dalam hidup. Bapak saya
berkata saya harus memilih salah satu untuk ditekuni karena jika tidak keduanya
bisa hilang (Sada Na So Sada, Dua Na So Dua, Sude Malua). Akhirnya, saya
memutuskan untuk menulis tesis. Akan tetapi, penderitaannya ada dua, yaitu:
pertama, saya harus meninggalkan pekerjaan saya karena terkait dengan
penderitaan yang kedua, yaitu: saya harus bekerja keras untuk menciptakan
mukjizat. Saya mengamati bahwa teman saya yang tekun mengerjakan tesis butuh
waktu satu tahun lebih untuk selesai. Waktu akademik yang tersisa bagi saya efektif
hanya tinggal setahun lagi. Dalam memutuskan hal itu, saya sangat sedih dan
sangat terpukul. Di situ baru saya sadari selama ini saya merasa diri saya kuat
dan hebat. Saya menyesali mengapa tidak melibatkan Tuhan dalam rencana saya
bekerja dan menuliskan tesis? Padahal, ketika memutuskan untuk studi lanjut,
saya melibatkan Tuhan. Satu-satunya yang dapat saya lakukan saat itu adalah
berdoa dan berupaya menggunakan sisa waktu yang ada. Singkat cerita, tanpa saya
sadari, ternyata saya mampu menyelesaikan tesis sampai selesai ujian hanya
dalam kurun waktu empat bulan. Bahkan, ketika beberapa minggu sebelum wisuda,
saya mendapatkan panggilan interview pekerjaan sebagai editor di toko buku
Kristen terbesar di Indonesia. Lebih luar biasa lagi, saya juga mendapatkan
proyek mengerjakan tesis teman dengan biaya yang dapat membantu ekonomi saya
seperti dulu. Di situ, saya seperti orang buta yang dapat melihat, orang tuli
yang dapat mendengar, orang lumpuh yang melompat seperti rusa. Betapa luar
biasanya perasaan saya ketika melihat bagaimana Tuhan menolong. Karena telah
mengalami pekerjaan Tuhan yang luar biasa, saya saat ini ingin menyaksikan pada
jemaat sekalian bahwa kuatkanlah hatimu
dalam penderitaan seberat apapun. Janganlah
takut yang kemudian membuat kita hanya menyesali keadaan yang telah
terjadi. Tetapi, berdoalah dan serahkan pergumulan kita kepada Tuhan. Niscaya, Allah akan menyelamatkan.
Ibu, Bapak, dan Jemaat Sekalian yang dikasihi oleh Tuhan
Yesus Kristus Sang Kepala Gereja!
Dari sekian jauh pembahasan kita, lantas apa yang dapat kita
refleksikan dan aplikasikan di dalam kehidupan beriman kita? Saya mencatat ada
dua hal yang dapat kita perhatikan, yaitu:
1)
Sebagai manusia biasa, kita tentu tidak lepas dari kesalahan.
Tidak jarang kesalahan kita itu membawa penderitaan dalam kehidupan kita. Sehingga,
kita kemudian bersusah hati sembari menyesali “Mengapa baru sekarang mengingat
Tuhan?” Melalui firman Tuhan pada saat ini, kita diingatkan agar kita tidak
tawar hati. Tetapi, kita harus menguatkan hati kita. Jangan kita menjadi takut
lalu larut dalam penderitaan. Karena, Tuhan akan datang menolong kita. Hal yang
dapat kita lakukan adalah bertekun dalam penderitaan serta terus berdoa agar
Tuhan menguatkan kita. Martin Luther berkata doa adalah seruan umat percaya
ketika mengalami kesukaran. Karena itu, ketika menghadapi penderitaan karena
kesalahan kita, janganlah ragu untuk datang kepada Tuhan untuk menyesali segala
perbuatan kita. Niscaya, Allah akan menyelamat kita dari penderitaan.
2)
Kita harus memercayai bahwa tangan Tuhan tidak pernah
terlambat untuk menolong. Mukjizat itu masih terus ada dan bekerja hingga saat
ini. Oleh karenanya, jangan pernah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar