Sabtu, 05 September 2015

Kuatkanlah Hatimu, Janganlah Takut, Allah Menyelamatkan (Khotbah di GKPI JKJK, 6 September 2015)

Ilustrasi Gambar: Dikutip dari Internet


Ibu, Bapak, dan Jemaat sekalian yang dikasihi oleh Tuhan Yesus Kristus, Sang Kepala Gereja!
Ada fenomena yang menarik di negara kita belakangan ini. Banyak kalangan yang membicarakan tentang anjloknya nilai tukar rupiah terhadap dolar amerika, mulai dari para ekonom, pelaku bisnis, pekerja, pedagang, sampai orang yang awam dengan ekonomi pun turut mengomentari. Dari pembicaraan yang dihasilkan, ada yang memberikan simpulan kritis terhadap kondisi ekonomi dunia dan ada pula yang mengkritisi pemerintah yang dinilai gagal mengelola ekonomi di Indonesia. Secara pribadi, saya melihat lemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar disebabkan oleh dua faktor yaitu eksternal dan internal. Faktor eksternal menunjukkan ada pengaruh luar negeri dalam melemahnya nilai tukar rupiah. Pertama, kebijakan dari bank sentral Amerika Serikat, Federal Reserve, yang menaikkan suku bunga USD menjadi 0,25%. Artinya, karena suku bunga merupakan harga dari uang, itu mengindikasikan teknik menaikkan harga uang adalah dengan cara mengurangi jumlah uang yang beredar. Itulah yang menyebabkan mengapa banyak orang yang kemudian menjual dolar mereka. Menjadi begitu berpengaruh ke seluruh dunia termasuk Indonesia, karena USD merupakan mata uang perdagangan internasional, serta Amerika merupakan konsumen terbesar di dunia di mana menguasai lebih dari 20% perdagangan di dunia. Kebijakan Amerika Serikat ini kemudian diperburuk dengan Cina/Tiongkok yang beberapa bulan terakhir mengurangi belanja barang mentah atau setengah jadi dari tiap negara, termasuk Indonesia, akibat anjloknya nilai tukar mata uang mereka, Yuan. Pengaruh Cina menjadi sangat terasa karena Cina merupakan salah satu pabrik terbesar di dunia, sehingga perlambatan ekonomi Cina akan menurunkan ekspor tiap negara. Sedangkan faktor internal disebabkan oleh pertama, industri Indonesia yang begitu dimanja oleh pemerintah sehingga kurang berdaya saing. Ini mengakibatkan ketergantungan pada ekspor komoditas sangat tinggi. Mungkin, inilah sebabnya pemerintah saat ini memberikan kelonggaran pada tenaga kerja asing di Indonesia untuk meningkatkan kompetisi dalam industri dalam negeri. Faktor kedua, adalah kuatnya ketergantungan pada ekspor komoditas, tapi pembangunan infrastruktur dan sumber daya manusia tidak dibangun dan diberdayakan. Sehingga, kekayaan sumber daya alam Indonesia (minyak bumi, gas alam, batubara, kelapa sawit) menjadi tumpuan ekspor komoditi Indonesia. Celakanya, hal itu bisa menjadi kutukan bagi bangsa Indonesia karena ketika ada gejolak ekonomi global akan sangat memengaruhi ekspor komoditi Indonesia. Kita bisa lihat bagaimana saat ini harga TBS (Tandan Buah Segar) Sawit saat ini sedang anjlok di level yang memprihatinkan. Sampai akhir Agustus 2015, Data Smart Agribusiness and Food mencatatkan harga TBS per kilogramnya adalah Rp.895,- Sedangkan, di beberapa daerah sudah ada yang mencapai Rp.467,- Apakah ada kaitannya antara pelemahan nilai tukar rupiah dengan turunnya harga sawit? Mungkin saja ada dan mungkin saja tidak. Kemungkinan ada pengaruhnya karena sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa Cina mengurangi belanja bahan mentah dan bahan setengah jadi, termasuk dari Indonesia yang mengandalkan ekspor komoditi. Sedangkan, tidak mungkin ada pengaruh, bisa saja karena masih banyaknya negara importir yang menyimpan stock sawit. Bisa dimaklumi bagaimana di Indonesia, banyak ekspoloitasi sawit berlebih sehingga bisa ada kemungkinan terjadinya permainan harga sawit oleh oknum yang nakal dalam hal transparansi harga. Bagi beberapa pemilik lahan sawit, seperti jemaat di GKPI JKJK, hal ini seperti suatu bencana. Tapi, bagi para aktivis ekologi, seperti saya, sangat mensyukuri fenomena ini karena dapat mengurangi ekspolitasi berlebih.

Ibu, Bapak, dan Jemaat yang dikasihi oleh Tuhan Yesus Kristus, Sang Kepala Gereja!
Apakah hubungan cerita di atas dengan nas khotbah kita pada saat ini? Ada suatu pola kesamaan antara persoalan yang tengah terjadi di antara keduanya. Yesaya 35 masih tergolong di dalam Proto Yesaya. Ini berarti bangsa Israel belum berada di tanah pembuangan, tetapi mereka sudah diberitahu apa yang akan terjadi. Penyebab mereka dibuang dapat dipahami dalam dua sebab, yaitu sebab eksternal dan internal. Sebab eksternalnya adalah kesalahan sikap politik dari bangsa Israel yang meminta perlindungan pada bangsa Mesir, di mana Mesir pada saat itu berhasil ditaklukkan oleh Babilonia. Dampaknya, Israel sebagai bagian dari koloni Mesir kemudian jatuh pada Babilonia. Sedangkan sebab internalnya adalah alasan teologis, di mana bangsa Israel tidak lagi memandang Allah sebagai Tuhan. Bangsa Israel memilih bertaut pada Mesir dengan dewa-dewanya sehingga bangsa Israel akan segera dihukum oleh Tuhan. Bagi banyak orang, pembuangan Israel ke Babilonia dapat dipahami sebagai suatu penderitaan yang sangat menyedihkan dan memilukan. Namun, ada saja hal positif dari situasi buruk termasuk pembuangan itu, karena sekalipun mereka dihukum oleh Tuhan, akan tetapi Tuhan Allah berjanji tidak meninggalkan mereka begitu saja. Akan ada keselamatan bagi umat Tuhan di suatu hari, sehingga dalam pembuangan nantinya bangsa Israel dapat belajar dari kesalahan mereka. Hal itu disampaikan Allah melalui Yesaya dalam ungkapan-ungkapan kesalamatan yang salah satu bagiannya adalah nas kita pada saat ini. Apa isi ungkapan keselamatan yang disampaikan Allah melalui Yesaya?
Pertama, agar umat Tuhan menguatkan tangan mereka yang lemah lesu dan meneguhkan lutut mereka yang goyah. Sehingga, mereka dapat menguatkan teman/rekan/keluarga mereka yang lain. Ungkapan inilah nantinya yang akan memberikan semangat untuk mereka tidak takut dalam menghadapi pembuangan yang menyedihkan itu. Penderitaan dan kesengsaraan harus mereka hadapi dengan ketabahan dan ketegaran. Sehingga, mereka tidak putus asa dan menjadi kehilangan pengharapan. Alasan mereka tidak putus asa dan kehilangan pengharapan ada pada kalimat berikutnya, “Lihatlah Allahmu akan datang dengan pembalasan dan dengan ganjaran Allah. Ia sendiri akan menyelamatkan kamu”. Kalimat ini menggambarkan bahwa Allah akan menjadi pahlawan mereka dalam mendapatkan kemerdekaannya kemudian. Tentu, hal ini terjadi setelah bangsa Israel dalam pembuangannya dapat merenungkan kesalahan yang telah mereka lakukan. Dari perenungan itulah mereka nantinya akan mengetahui sebagaimana vitalnya peran Allah di tengah-tengah kehidupan mereka. Tanpa Allah, mereka hanya budak yang sengsara, memprihatinkan, dan menyedihkan. Bila kemudian kita menarik kalimat keselamatan ini pada diri kita, umat percaya masa kini, bukankah kita menemukan bahwa sering permasalahan yang kita alami adalah sebagai dari dampak dari kesombongan pribadi kita. Seolah, kita merasa dapat mengerjakan, membereskan, dan menangani segala sesuatu. Lalu, kita melupakan peran serta Tuhan di tengah-tengah aktivitas kita. Dampaknya, keegoisan kita muncul bahwa pekerjaan/hal itu tidak mungkin terjadi kalau aku tidak turun tangan mengerjakannya. Itu bila konteksnya kita berhasil. Namun, kita kemudian baru mengingat Tuhan bila mengalami kegagalan. “Mengapa tidak melibatkan Tuhan dalam perencanaan?”. Hal yang menarik kita jumpai di beberapa kepanitiaan, ada satu seksi yang dikhususkan untuk tim doa. Pertanyaannya, “apakah demikian cara melibatkan Tuhan dalam satu kepanitiaan?”. Dalam kajian teologis saya, saya tidak menemukan ada kesungguhan untuk melibatkan Tuhan dalam rencana kepanitiaan. Mengapa? Karena, pihak yang dipercayakan untuk berdoa di waktu-waktu hanya beberapa orang saja sedangkan yang lain sibuk dengan urusannya. Jika memang serius melibatkan Tuhan dalam kepanitiaan, tentu kita akan benar-benar mendoakan kegiatan kita. Dari pembahasan sejauh ini, kita mendapatkan kesimpulan bahwa umat Tuhan memang jarang melibatkan Tuhan dalam perencanaan hidupnya. Sehingga, kita baru mengingat Tuhan ketika kegagalan menimpa kita. Walaupun begitu, firman Tuhan bagi kita sangat indah hari ini. Tuhan melalui kitab Yesaya ingin mengatakan agar kita tetap tabah dan tegar di dalam kegagalan hidup. Biar dalam kesedihan itu, kita merenungkan kelalaian kita dalam melibatkan Tuhan. Karena, Tuhan sendiri yang telah berjanji akan menyelamatkan kita yang tengah bersedih. Hanya, kita tidak boleh kehilangan pengharapan kita akan Tuhan.

Ibu, Bapak, dan Jemaat yang dikasihi oleh Tuhan Yesus Kristus Sang Kepala Gereja!
Hal kedua yang dapat kita pelajari dari firman Tuhan pada saat ini adalah ketika nanti Tuhan menolong dan menyelamatkan, itu ibaratkan mata orang buta dicelikkan, telinga orang tuli dibuka (ay.5), orang lumpuh melompat seperti rusa (ay.6), mata air memancar di padang gurun (ay.6). tanah pasir menjadi kolam (ay.7a). Gambaran-gambaran ini ingin menunjukkan betapa dahsyatnya lawatan pertolongan Allah. Satu kata yang bisa kita gunakan untuk gambaran-gambaran itu adalah “mukjizat”. Per definisi, mukjizat dapat kita artikan sebagai peristiwa yang sukar dijangkau oleh kemampuan akal manusia; ajaib. Bagaimana mungkin orang buta dapat melihat? Orang tuli dapat mendengar? Orang lumpuh melompat seperti rusa? Ada mata air di padang gurun? Tanah pasir menjadi kolam? Tentu hal itu sangat tidak mungkin diterima akal pikiran manusia normal. Namun, begitulah gambaran ketika Allah menolong bangsa Israel yang tidak berdaya. Dalam pikiran bangsa Israel tentu mereka menyadari kondisi bangsa mereka yang kecil dan tidak berdaya itu. Akan sangat sulit rasanya untuk merdeka dari Babilonia yang sangat besar, perkasa, dan memiliki armada tempur yang kuat. Namun, kuasa Allah bekerja di luar akal pikiran manusia. Hal itu terbukti kemudian ketika bangsa Persia menaklukkan Babilonia sehingga bangsa Israel berada di tangan Koresh, Raja Persia. Secara ajaib, Koresh membebaskan bangsa Israel tanpa tekanan pertempuran. Bahkan, Raja Koresh membantu bangsa Israel untuk membangun kembali reruntuhan Bait Allah yang dihancurkan oleh Babilonia. Inilah pekerjaan penyelamatan Allah yang di luar akal pikiran manusia. Kemudian, jika hal ini diperhadapkan pada kita, maka kita akan merasa dikuatkan karena Tuhan Allah dapat menolong seberat apapun persoalan hidup kita. Ketika manusia angkat tangan dan menyerahkan kehidupannya kepada Tuhan, di situ Tuhan turun tangan. Yang terpenting, bagaimana kita dapat tekun dalam bersabar menghadapi penderitaan. Serta, kita tidak putus-putusnya berdoa pada Tuhan agar Dia berkenan untuk menyendengkan telinga-Nya lalu menolong kita. Apabila Tuhan telah melawat umat-Nya, maka akan banyak keajaiban-keajaiban yang akan kita rasakan.
Hal ini, secara pribadi, saya aminkan di dalam perjalanan beriman. Saya menyaksikan bagaimana tangan Tuhan yang menolong saya dari penderitaan hidup. Suatu kali, saya pernah menyerah untuk menyelesaikan studi lanjut saya. Sebenarnya, saya tidak ada permasalahan dengan akademik. Nilai saya bagus, mata kuliah di tahun pertama semua sudah tuntas, tinggal penulisan tesis. Awalnya, saya menganggap tesis dapat dikerjakan sembari bekerja karena saya secara logis berpikir tidak ada kendala jika penulisan tesis dilakukan sambil bekerja. Oleh karena itu, saya memutuskan untuk mencari pekerjaan dan ketepatan diterima di salah satu Yayasan Pendidikan Kristen terbesar di Indonesia. Saya begitu menikmati pekerjaan yang saya lakoni sehingga lupa menyampingkan penulisan tesis. Maklum, saya saat itu sangat berorientasi pada pendapatan yang saya terima dari pekerjaan. Bagi saya, tolak ukur kesuksesan hidup itu adalah kemandirian dan kemapanan. Sampai, saya disurati oleh pihak kampus mengapa saya belum menulis tesis? Ketika mencoba berkonsultasi dengan pihak keluarga, saya malah disalahkan karena tidak memiliki fokus utama dalam hidup. Bapak saya berkata saya harus memilih salah satu untuk ditekuni karena jika tidak keduanya bisa hilang (Sada Na So Sada, Dua Na So Dua, Sude Malua). Akhirnya, saya memutuskan untuk menulis tesis. Akan tetapi, penderitaannya ada dua, yaitu: pertama, saya harus meninggalkan pekerjaan saya karena terkait dengan penderitaan yang kedua, yaitu: saya harus bekerja keras untuk menciptakan mukjizat. Saya mengamati bahwa teman saya yang tekun mengerjakan tesis butuh waktu satu tahun lebih untuk selesai. Waktu akademik yang tersisa bagi saya efektif hanya tinggal setahun lagi. Dalam memutuskan hal itu, saya sangat sedih dan sangat terpukul. Di situ baru saya sadari selama ini saya merasa diri saya kuat dan hebat. Saya menyesali mengapa tidak melibatkan Tuhan dalam rencana saya bekerja dan menuliskan tesis? Padahal, ketika memutuskan untuk studi lanjut, saya melibatkan Tuhan. Satu-satunya yang dapat saya lakukan saat itu adalah berdoa dan berupaya menggunakan sisa waktu yang ada. Singkat cerita, tanpa saya sadari, ternyata saya mampu menyelesaikan tesis sampai selesai ujian hanya dalam kurun waktu empat bulan. Bahkan, ketika beberapa minggu sebelum wisuda, saya mendapatkan panggilan interview pekerjaan sebagai editor di toko buku Kristen terbesar di Indonesia. Lebih luar biasa lagi, saya juga mendapatkan proyek mengerjakan tesis teman dengan biaya yang dapat membantu ekonomi saya seperti dulu. Di situ, saya seperti orang buta yang dapat melihat, orang tuli yang dapat mendengar, orang lumpuh yang melompat seperti rusa. Betapa luar biasanya perasaan saya ketika melihat bagaimana Tuhan menolong. Karena telah mengalami pekerjaan Tuhan yang luar biasa, saya saat ini ingin menyaksikan pada jemaat sekalian bahwa kuatkanlah hatimu dalam penderitaan seberat apapun. Janganlah takut yang kemudian membuat kita hanya menyesali keadaan yang telah terjadi. Tetapi, berdoalah dan serahkan pergumulan kita kepada Tuhan. Niscaya, Allah akan menyelamatkan.

Ibu, Bapak, dan Jemaat Sekalian yang dikasihi oleh Tuhan Yesus Kristus Sang Kepala Gereja!
Dari sekian jauh pembahasan kita, lantas apa yang dapat kita refleksikan dan aplikasikan di dalam kehidupan beriman kita? Saya mencatat ada dua hal yang dapat kita perhatikan, yaitu:
1)    Sebagai manusia biasa, kita tentu tidak lepas dari kesalahan. Tidak jarang kesalahan kita itu membawa penderitaan dalam kehidupan kita. Sehingga, kita kemudian bersusah hati sembari menyesali “Mengapa baru sekarang mengingat Tuhan?” Melalui firman Tuhan pada saat ini, kita diingatkan agar kita tidak tawar hati. Tetapi, kita harus menguatkan hati kita. Jangan kita menjadi takut lalu larut dalam penderitaan. Karena, Tuhan akan datang menolong kita. Hal yang dapat kita lakukan adalah bertekun dalam penderitaan serta terus berdoa agar Tuhan menguatkan kita. Martin Luther berkata doa adalah seruan umat percaya ketika mengalami kesukaran. Karena itu, ketika menghadapi penderitaan karena kesalahan kita, janganlah ragu untuk datang kepada Tuhan untuk menyesali segala perbuatan kita. Niscaya, Allah akan menyelamat kita dari penderitaan.
2)    Kita harus memercayai bahwa tangan Tuhan tidak pernah terlambat untuk menolong. Mukjizat itu masih terus ada dan bekerja hingga saat ini. Oleh karenanya, jangan pernah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar