Selasa, 09 Maret 2021

Rumah Tangga Kristen

 

Pernah ada seorang jemaat bertanya, "Apa mungkin rumah tangga seorang pendeta bisa retak, bahkan jatuh ke dalam perceraian?". 

Ini pertanyaan yang "mudah tapi sulit" menjawabnya. Mudah karena saya hanya tinggal menjawab "mungkin atau tidak mungkin". Sulit karena harus memberikan alasan "mengapa ia mungkin? Atau, mengapa ia tidak mungkin?"

Alih-alih menjawab secara terbuka, saya hanya memberikan sedikit gambaran tentang rumah tangga Kristen itu dalam pandangan saya. Ini juga relevan dengan berita "perselingkuhan pejabat dan artis" yang viral belakangan ini.

Bukan hal mudah membangun rumah tangga. Di dalam rumah tangga, kita terus berupaya untuk menyatukan dua pikiran yang kadang bertolak belakang, serta menyelaraskan dua detak jantung yang tak seirama. Kerekatan rumah tangga itu sangat tergantung dengan apa ia diikat. Tidak mungkin perahu diikat dengan jangkar, karena perahu pasti akan tenggelam. Dan, tidak mungkin juga kapal baja besar diikat dengan tali tambang, karena kapal pasti akan terhempas ke tengah lautan. Alat pengikat harus sesuai dengan apa yang akan diikat. Perahu harus diikat dengan tali tambang. Kapal baja besar harus diikat dengan jangkar.

Demikian juga rumah tangga Kristen. Pengikat paling tepat untuk rumah tangga Kristen adalah Kasih (Kristus). Seperti yang dikatakan oleh Paulus pada jemaat di Kolose, "Dan di atas semuanya itu: kenakanlah kasih, sebagai pengikat yang mempersatukan dan menyempurnakan. Hendaklah damai sejahtera Kristus memerintah dalam hatimu, karena untuk itulah kamu telah dipanggil menjadi satu tubuh. Dan bersyukurlah." (Kol.3:14-15)

Fenomena Pelakor (Perebut Laki-Laki Orang) dan Pebinor (Perebut Bini Orang) merupakan konstruksi sosial untuk memberikan alasan mengapa rumah tangga itu bisa kandas. Padahal, kandasnya rumah tangga (Kristen) itu faktor utamanya adalah dari pasangan itu sendiri yang dengan kesadarannya memberikan ruang bagi orang lain untuk ada di tengah-tengah kehidupan rumah tangganya.

Sebab itu, ketika rumah tangga Kristen telah diikat oleh Kasih (Kristus), maka kita perlu bersyukur. Kita bersyukur untuk kekuatan dan kelemahan kita dan pasangan kita. Untuk itulah rumah tangga Kristen dipanggil menjadi "satu tubuh" di dalam pernikahan kudus.

Penjelasan ini membuat jemaat yang bertanya tadi diam. Saya tidak tahu mengapa ia diam? Namun sepertinya, saya menduga ia diam karena ia tahu jawaban pendeta tidak untuk didebatkan, tapi dipikirkan dan direnungkan saja. 😇😀😀😂

Tidak ada komentar:

Posting Komentar