Pendahuluan
Surat Roma merupakan surat Paulus terpanjang yang
ditulisnya dan sangat berpengaruh bagi para pembacanya. Letak surat ini berada
di depan surat lainnya. Paulus sepertinya menulis surat ini bukan dalam rangka
melayani jemaat dengan latar belakang Yahudi, mengingat sebagian besar jemaat
Tuhan di kota Roma bukanlah orang Yahudi. Di dalam suratnya ini, Paulus ingin
meyakinkan pembacanya di Roma kalau rencana pekabaran Injil di kota Roma sudah
sejak lama direncanakannya. Namun, ia selalu mendapatkan hambatan (bnd.Rm.1:10-13,
Rm.15:22). Paulus tetap merencanakan kunjungannya segera (bnd.Rm.15:22-23)
sebagaimana kerinduannya yang ditegaskan dalam surat Roma.
Ketika menulis surat Roma, Paulus berada di Korintus,
tepatnya di rumah Gayus (bnd.Rm.16:23, 1.Kor.1:14). Paulus juga menatap
pelayanan ke Spanyol (bnd.Rm.15:24+28), sehingga Roma bukan menjadi
tujuan akhirnya. Paulus berkomitmen untuk menyebarkan Injil Kristus di seluruh
wilayah Kekaisaran Romawi. Karena itu, ketika melihat surat Roma yang ditulis
Paulus, kita harus melihat subjek lain yang penting di dalam surat ini, seperti
unsur masyarakat yang membentuk komunitas Roma dan memberikan makna atasnya.
Pemikiran Karl Barth tentang etika Kristen dapat diperhatikan, ketika ia
menempatkan perintah Allah di dalam unsur kedua, sedangkan anugerah Allah
berada di unsur pertama. Ini berdasarkan apa yang dikatakan oleh Paulus tentang
titik tolak umat Kristen yang tidak mengacu pada realitas diri sendiri maupun
realitas dunia, tetapi realitas Allah yang menyatakan diri-Nya melalui Yesus
Kristus. Karenanya, Paulus memang menyadari betul kalau prakarsa Ilahi itu
sebagai anugerah.
Pembahasan
Ayat 8 : Mereka yang hidup dalam daging, tidak mungkin
berkenan kepada Allah
Apa yang diikthiarkan daging adalah maut (bnd.Rm.8:6). Maut itu
ajalnya karena keinginan daging itu memusuhi Allah. Kalimat “dalam daging”
di sini dapat diartikan juga merujuk pada
Galatia 2:20 dan 1 Korintus 10:3. Dalam kedua nas itu, hal daging merupakan
tabiat manusia yang memang lemah dan
fana karena masih terlepas dari berkuasa tidaknya dosa. Bahwa kita tidak
berkenan kepada Allah bukan karena nasib, tetapi lantaran kita bersifat
bendawi. Dan, kata “tidak mungkin berkenan kepada Allah” dapat
ditafsirkan dengan memerhatikan Roma 15:1-3, di mana mencari kesenangan
sendiri merupakan lawan dari menyangkal diri. Begitu juga dalam 1
Tesalonika 2:4 dan Galatia 1:10, di mana mencari kesukaan manusia merupakan
lawan dari menjadi hamba Kristus. Maka, kalimat “berkenan kepada
Allah” dapat didefinisikan sebagai bertindak sesuai dengan kehendak Allah,
melayani Tuhan.
Pokok Teologis : Ketika
melayani Tuhan, kita tidak boleh bersifat bendawi
Ayat 9 : Tetapi kamu tidak hidup dalam daging,
melainkan dalam Roh, jika memang Roh Allah diam di dalam kamu. Tetapi jika orang tidak memiliki Roh Kristus,
ia bukan milik Kristus.
Untuk kalimat “tetapi kamu tidak hidup dalam daging, melainkan dalam
Roh” menunjukkan kita harus keluar dari lingkungan yang merusak, dalam hal
ini lingkunan yang penuh dengan racun rohani. Sebaliknya, kita pindah
tempat tinggal ke lingkungan Roh yang menyehatkan rohani kita. Untuk kalimat, “jika
memang Roh diam di dalam kamu” dapat diperhatikan terlebih dahulu pada kata
diam di dalam. Di sana, penggunaan kata diam di dalam termasuk
ke dalam rumpun oikos (rumah). Karenanya, kehadiran Roh di dalam diri
kita tidak berlangsung sebentar, tetapi terus-menerus sebagaimana kita mendiami
rumah. Tindakan Roh di dalam kita seperti halnya kita mengatur apa yang pantas
dan cocok di dalam rumah kita. Demikian, Roh akan mengatur hidup kita.
Kehadiran dosa sebagaimana jadinya tabiat manusia akan menjadi penyerobot rumah
kita. Untuk itu, kehadiran Roh Kristus menjadi patokan kehidupan apakah ia
seorang Kristen, sebagaimana dituliskan Paulus ,”tetapi jika orang tidak
memiliki Kristus, ia bukan milik Kristus”. Roh Kristus yang ada di dalam
diri seorang Kristen itu tidak membawa sesuatu yang baru di luar karya Kristus.
Akan tetapi, Roh Kristus akan menjabarkan di hati umat percaya.
Pokok Teologis : Roh Kristus harus berkuasa dan
berkarya dalam kehidupan umat-Nya
Ayat 10 : Tetapi jika Kristus ada di dalam kamu, maka tubuh memang
mati karena dosa, tetapi roh adalah kehidupan oleh karena kebenaran
Kalimat tubuh memang mati karena dosa bukan merujuk pada tubuh
jasmani yang akan mati kelak. Namun, tubuh memang mati karena dosa yang
dimaksud di sini berarti keadaan kita yang lama, manusia lama yang disalibkan
bersama dengan Kritus. Kita mengingat Yesus disalibkan karena dosa kita.
Untuk kalimat tetapi roh adalah kehidupan oleh karena kebenaran dapat
kita lihat di dalam diri Kristus yang bangkit dari kematian karena dosa tadi.
Di sini, Roh Kristus senantiasa memberikan kehidupan yang tidak dapat
ditaklukkan oleh apapun, termasuk sengat dosa sekalipun. Roh Kristus yang hidup
itu senantiasa mengerjakan karya Tuhan yang benar di dalam umat percaya sebagai
tanda ia telah hidup baru di dalam Kristus. Sebab, rumah kita telah
dikuasai-Nya sehingga kita pun dapat melakukan yang benar di dalam hidup baru
itu.
Pokok Teologis : Roh Kristus memberikan kita hidup
baru untuk melakukan kebenaran
Ayat 11 : Dan jika Roh Dia, yang telah membangkitkan Yesus dari
antara orang mati, diam di dalam kamu, maka Ia, yang telah membangkitkan
Kristus Yesus dari antara orang mati, akan menghidupkan juga tubuhmu yang fana
itu oleh Roh-Nya, yang diam di dalam kamu.
Di sini telah terjadi pergeseran makna tentang tubuh yang mati. Dalam
ayat ini kalimat tubuhmu yang fana itu merupakan kehidupan kita yang
sudah dipenuhi oleh Roh Kristus. Secara sederhana, kita dapat memaknai bahwa
seorang hidup yang baru sekalipun pada suatu saat nanti akan merasakan kematian
badaniah. Kehidupan baru di dalam Roh Kristus tidak serta merta membuat
kematian tidak menyentuh kita. Namun, ada jaminan tentang Roh Kristus yang diam
di dalam rumah kita menjadi kunci bagaimana kita akan dibangkitkan.
Sebab, Allah telah membangkitkan Kristus dari kerajaan maut, dan Roh Kristus
yang bangkit itu tinggal di dalam kita. Secara korelasional, Allah pun akan
membangkitkan kita karena Roh Kristus itu. Itu mengapa sangat penting menjaga
Roh Kristus tetap tinggal diam di dalam rumah kita.
Pokok Teologis : Allah membangkitkan tubuh fana kita
oleh karena Roh Kristus di dalamnya
Refleksi-Aplikasi
1.
Ketika melayani Tuhan, kita tidak boleh bersifat
bendawi. Roh Kristus harus berkuasa dan berkarya dalam kehidupan umat-Nya.
Di minggu Pentakosta ini, kita dapat merefleksikan
pertama-tama bagaimana kehidupan Kekristenan kita di dalam melayani Tuhan?
Apakah kita sebagai umat-Nya telah melayani Dia dengan sepenuh hati berdasarkan
perintah-Nya? Terkadang, kita di tengah kehidupan ini mengalami penderitaan
karena Tuhan tidak menjadi Tuan atas diri kita. Keinginan daging yang bendawi
mengekang kita dengan segala manifestasi kenikmatannya. Akibatnya, kita menjadi
sangat lemah di dalam mengambil keputusan etis berdasarkan iman kepada Kristus.
Kita di satu sisi yang sangat tekun beribadah dan beriman, tapi di sisi lain
kita bisa menjadi sangat menjadi lentur untuk berkompromi dengan dosa. Paradoks
tersebut membuat dosa menjadi penyerobot di dalam rumah kita. Pada
akhirnya, kita pun tetap tinggal di dalam dosa. Oleh karena itu, kita harus
menghidupkan kembali Roh Kristus di dalam diri sehingga Roh itu berkuasa penuh.
Dampaknya, kehidupan kita akan menjadi tertib sebab karya Roh Kristus sangat
nyata. Walaupun hidup kita secara dunia mungkin tidak diuntungkan, tetapi hidup
kita selalu berjalan sesuai koridor moral dan etika Kristen yang berlaku.
Dengan demikian, damai sejahtera menjadi milik kita yang tidak dapat ditawarkan
oleh dunia dengan segala gemerlapnya.
2.
Roh Kristus memberikan kita hidup baru untuk melakukan
kebenaran
Dalam Minggu Pentakosta kita juga merefleksikan
bagaimana Roh Kristus memberikan kita pandangan untuk menimbang putusan moral
etis berdasarkan kehidupan baru di dalam Kristus. Cara kita memutuskan suatu
hal ketika hidup baru di dalam Roh Kristus tentu akan sangat berbeda ketika
kita hidup lama di dalam keinginan daging. Jika kita di dalam kehidupan lama
selalu mencari keuntungan pribadi atau kelompok, maka kita di dalam kehidupan
baru akan selalu mencari kebenaran di dalam tuntunan Roh Kristus. Sebab,
kekuatan kita sendiri tidak akan sanggup melawan muslihat dosa. Kita
membutuhkan Roh-Nya agar kita dapat melakukan apa yang benar dan baik.
3.
Allah membangkitkan tubuh fana kita oleh karena Roh
Kristus di dalamnya
Dalam Minggu Pentakosta ini kita pun diajak
merefleksikan bahwa kehidupan baru di dalam Roh Kristus memang tidak menjadi
jaminan kita akan lepas dari kematian di dunia. Setelah mati di dalam penebusan
hidup manusia lama, kita akan mengalami kematian lagi di dalam tubuh fana.
Tetapi, kematian ini juga tidak akan berkuasa selamanya atas hidup kita.
Karena, kita nanti akan bangkit bersama kebangkitan Kristus, oleh karena
Roh-Nya di dalam kita. Sehingga, kita jangan mati sebelum mati. Terkadang,
ketakutan akan kematian membuat kita tidak dapat berbuat apa-apa. Malahan, kita
harus menunjukkan bagaimana karya Roh Kristus ada di dalam hidup kita selagi
kita diberikan kesempatan untuk hidup di dunia ini.
Kepustakaan :
Drane, John. Memahami Perjanjian Baru. Jakarta : BPK Gunung
Mulia, 1996
Groenen, C. Pengantar ke dalam Perjanjian Baru. Yogyakarta :
Kanisius, 2006
Roetzel, Calvin J. The Letters of Paul – Conversation in Context, London:
SCM Press, 1983
End, Van Den, Th.Dr. Tafsiran Alkitab Surat Roma, Jakarta : BPK
Gunung Mulia, 2008.
Pdt.Theodorus Benyamin Sibarani, S.Si (Teol), M.Kesos
GKPI Ressort Jakarta Raya-1
Tidak ada komentar:
Posting Komentar