4:8 Dan keempat
makhluk itu masing-masing bersayap enam, sekelilingnya dan di sebelah dalamnya
penuh dengan mata, dan dengan tidak berhenti-hentinya mereka berseru siang dan
malam: "Kudus, kudus, kuduslah Tuhan Allah, Yang Mahakuasa, yang sudah ada
dan yang ada dan yang akan datang." 4:9 Dan setiap kali makhluk-makhluk
itu mempersembahkan puji-pujian, dan hormat dan ucapan syukur kepada Dia, yang
duduk di atas takhta itu dan yang hidup sampai selama-lamanya, 4:10 maka
tersungkurlah kedua puluh empat tua-tua itu di hadapan Dia yang duduk di atas
takhta itu, dan mereka menyembah Dia yang hidup sampai selama-lamanya. Dan
mereka melemparkan mahkotanya di hadapan takhta itu, sambil berkata: 4:11
"Ya Tuhan dan Allah kami, Engkau layak menerima puji-pujian dan hormat dan
kuasa; sebab Engkau telah menciptakan segala sesuatu; dan oleh karena
kehendak-Mu semuanya itu ada dan diciptakan."
Pendahuluan
Wahyu
Yohanes sejatinya dialamatkan pada ketujuh jemaat Kristen di Asia (Why.1:4).
Saat itu, umat Tuhan berada di bawah kolonialisme Romawi, termasuk Yohanes
berada di pulau Patmos oleh karena pengasingan akibat dicurigai sebagai
pemberontak. Kekristenan kala itu dianggap sebagai potensi bahaya, sebab
Kristus yang menjadi pusat beriman umat percaya dipuja sebagai Mesias yang
diutus oleh Allah. Kita tahu kalau Mesias itu merupakan jabatan politis di
bangsa Israel yang memiliki tugas untuk membebaskan umat-Nya dari belenggu
penjajahan, seperti dari perbudakan Mesir dan pembuangan Babel. Penindasan
Kaisar Romawi yang begitu beringas membuat umat Tuhan menjadi sangat menderita.
Untuk itu, Yohanes harus tetap memberikan motivasi dan semangat untuk mereka
yang dirundung ketakutan dan ketidakpastian. Apabila menulis secara terbuka,
surat Yohanes dari pulau Patmos pasti akan dihanguskan oleh pemerintah kolonial
Romawi. Untuk itu, Yohanes mencoba menuliskan sebuah surat dari pembuangannya
di Patmos dengan gaya kesusastraan di masa itu. Sehingga, kolonial Romawi
melihat surat Yohanes ini sebagai karya seni sastra yang indah.
Kesulitan
kita sebagai umat percaya di masa kini dalam membaca surat Yohanes dari Patmos
tentu dilatarbelakangi konteks yang berkembang sesuai zamannya. Misalnya saja,
anak di masa kini tidak tahu bagaimana berjuangnya untuk berkomunikasi di era
masa lampau, ketika handphone dan internet tidak sepesat saat ini. Mengirim
uang dengan menggunakan wesel pos. Memberikan kabar untuk kerabat di luar kota
melalui sepucuk surat yang sampainya berhari-hari bahkan berminggu-minggu. Mereka
pasti bingung ketika kita menceritakan perihal “antrean di Wartel” atau
“perangko pos untuk luar kota”. Demikian juga dengan konteks metafora
yang digunakan dalam surat Wahyu ini, kita sangat terbatas pemahaman tentang
istilah yang berkembang kala itu. Ada jarak waktu yang sangat jauh yang menjadi
jurang antara pembaca di saat itu dengan kita di masa kini. Akan tetapi,
tafsiran kitab Wahyu pada saat ini sudah sangat berkembang. Setidaknya ada enam
pendekatan yang diketahui dan diakui dalam kajian teologis terhadap teks Wahyu
ini, yaitu : Praeter, Historis, Futuris, Triumfalis, Idealis, dan Perspektif.
Tafsiran teks saat ini merupakan kolaborasi dari pendekatan Prater (peristiwa
masa lalu), Futuris (peristiwa masa depan), dan Triumfalis (peristiwa masa lalu
yang akan terjadi di masa depan)
Pembahasan
4:8 Dan keempat
makhluk itu masing-masing bersayap enam, sekelilingnya dan di sebelah dalamnya
penuh dengan mata, dan dengan tidak berhenti-hentinya mereka berseru siang dan
malam: "Kudus, kudus, kuduslah Tuhan Allah, Yang Mahakuasa, yang sudah ada
dan yang ada dan yang akan datang." 4:9 Dan setiap kali makhluk-makhluk
itu mempersembahkan puji-pujian, dan hormat dan ucapan syukur kepada Dia, yang
duduk di atas takhta itu dan yang hidup sampai selama-lamanya
Persoalan dalam bagian
ini adalah siapa keempat makhluk yang masing-masing bersayap enam itu?
Sebelumnya, Yohanes menggambarkan bagaimana rupa keempat makhluk itu, “Adapun
makhluk yang pertama sama seperti singa, dan makhluk yang kedua sama seperti
anak lembu, dan makhluk yang ketiga mempunyai muka seperti muka manusia, dan
makhluk yang keempat sama seperti burung nasar yang sedang terbang.”
(ay.7). Apabila kita membaca kitab Yehezkiel (1:5, 6, 7, 8, 10; 10:1-21),
penglihatan itu sama dengan yang ada di teks Wahyu. Sekalipun demikian, para
ahli PB berbeda pandangan tentang siapa mereka. Ada yang mengatakan keempat
makhluk itu merupakan empat penjuru alam dan perbintangan utama di dalam
zodiak, dan keenam sayapnya masing-masing menjelaskan akan kecepatan, kekuatan,
dan kercerdasannya. Ahli PB lain menjelaskan keempat makhluk itu melambangkan
tatanan malaikat di surga di mana ada yang punya kekuatan seperti singa, ada
juga yang punya pelayanan sebagaimana anak lembu melayani tuannya, ada juga yang
memiliki kecerdasan dan kemampuan seperti manusia, serta ada juga yang punya
ketajaman penglihatan seperti burng nazar.
Setidaknya dari
penjelasan ahli PB tadi, kita dapat mengambil suatu gambaran umum kalau keempat
makhluk itu merupakan representasi makhluk dari atas/surga di dalam memuji-muji
Tuhan di dalam kekudusan-Nya. Mereka ini ciptaan juga sebagaimana manusia yang
diciptakan-Nya. Nyanyian mereka ini dikenal dalam bahasa Yunani dengan nama trihagion
atau di dalam bahasa Latin disebut dengan sanctus. Suatu pujian yang
sangat kuat sekali menegaskan kekudusan Allah yang berbeda dari manusia ciptaan,
sampai diulangi sebanyak tiga kali, yang dapat juga kita pahami sebagai
persekutuan Allah, Yesus, dan Roh Kudus.
Pokok Teologis :
Makhluk di Surga Memuji-muji Kekudusan Allah yang Kekal
4:10 maka
tersungkurlah kedua puluh empat tua-tua itu di hadapan Dia yang duduk di atas
takhta itu, dan mereka menyembah Dia yang hidup sampai selama-lamanya. Dan
mereka melemparkan mahkotanya di hadapan takhta itu, sambil berkata: 4:11
"Ya Tuhan dan Allah kami, Engkau layak menerima puji-pujian dan hormat dan
kuasa; sebab Engkau telah menciptakan segala sesuatu; dan oleh karena
kehendak-Mu semuanya itu ada dan diciptakan."
Di sini persoalan yang
harus dipecahkan adalah siapa kedua puluh empat tua-tua yang ada pada teks
kita. Di ayat sebelumnya, ada disinggung tentang kedua puluh empat tua-tua itu.
“Dan sekeliling takhta itu ada dua puluh empat takhta, dan di takhta-takhta
itu duduk dua puluh empat tua-tua, yang memakai pakaian putih dan mahkota
emas di kepala mereka. Dan dari takhta itu keluar kilat dan bunyi guruh”
(ay.4-5a). Para penafsir teks PB juga beragam menafsirkan ke dua puluh empat
tua-tua ini. Ada yang mengatakan bahwa ini merupakan metafora untuk pembagian
imam dalam tradisi Perjanjian Lama (PL) yang dibagikan ke dalam 24
rombongan/kelompok. Kita mengetahui di dalam Alkitab kalau ayah dari Yohanes
Pembaptis merupakan seorang imam yang mewakili bangsa Israel untuk
mempersembahkan kurban persembahan di Bait Allah (Luk.1:8). Mereka dirotasi
dalam melakukan tugasnya. Jadi, kita patut mempertimbangkan ke-24 tua-tua ini
merupakan representasi dari para imam yang memberikan persembahan kepada Allah.
Ada ahli lain yang menafsirkan mereka ini merupakan represntasi malaikan surgawi
untuk memberikan persembahan kepada Tuhan. Tetapi, tafsiran ini sangat lemah
sekali. Ada tafsiran lain yang layak dipertimbangkan yaitu kedua puluh empat
tua-tua ini merupakan orang kudus yang
telah memenangkan pertandingan iman di PL dan PB. Ini bisa jadi hal yang sangat
dekat bila kita merujuk pada mahkota emas yang ada di kepala. Mahkota emas
bukanlah tanda pemegang kerajaan, tetapi tanda yang sering diberikan pada
mereka yang memenangkan suatu pertandingan olahraga.
Dari pendekatan
tafsiran yang ada ini, kita dapat mengambil gambaran umum untuk teks di ayat
10-11 ini bahwa segala ciptaan yang ada di bumi pun turut memuji-muji Tuhan dan
memberikan persembahan kepada-Nya.
Pokok Teologis :
Mahkluk di Bumi Memuji-muji Kebesaran Allah Pencipta
Refleksi-Aplikasi
1. Makhluk di surga memuji-muji
kekudusan Allah yang kekal
Turut sertanya makhluk surga memuji kekudusan Allah menggambarkan
bagaimana kekuasaan Allah sangat nyata di surga. Dia adalah Allah yang kekal
yang tidak dapat dibatasi oleh ruang dan waktu. Apabila kita pernah membaca
laporan berita astrofisika tentang alam semesta, kita akan dibuat takjub betapa
waktu itu sangat relatif di luar angkasa. Untuk itu, ruang pun menjadi sangat
subjektif. Teori Big Bang menjelaskan kalau alam semesta kita ini
dikatakan mengembang dari sejak ledakan dahysat terjadi. Dalam keyakinan iman
Kristen, kita tahu bahwa sebelum Big Bang itu terjadi Allah telah ada.
Karenanya, Allah itu dari kekekalan sampai pada kekekalan. Hukum energi dalam
bahasa fisika sederhananya dipahami sebagai sesuatu yang tidak dapat diciptakan
dan tidak dapat dimusnahkan. Energi hanya mengkonversi bentuknya saja. Demikian
juga Allah yang kita imani, Dia tidak diciptakan dan Dia tidak akan berakhir.
Dia dapat datang di dalam diri Yesus Kristus dan Roh Kudus sepanjangan
pengenalan kita melalui Alkitab. Kekaguman ini juga dirasakan oleh makhluk
surga yang mengakui bagaimana kekekalan Allah. Oleh karenanya, kita sebagai umat
percaya yang hidup di bumi harus semakin mengasihi Allah di dalam
kekekalan-Nya. Sebab, Allah dengan segala kekuasaan-Nya yang kudus dapat
mengatasi langit dan bumi.
2. Makhluk di bumi memuji-muji
kebesaran Allah Pencipta
Dalam konteks Yohanes menuliskan surat ini, Kaisar Romawi diperlakukan
bak dewa. Tetapi, surat Yohanes ini mengajak kalau pusat penyembahan kita
selaku umat percaya hanya diarahkan kepada Allah yang kita kenal di dalam Yesus
Kristus saja. Mengapa? Yohanes menegaskan karena Dia adalah Allah Pencipta.
Umat percaya karenanya diajak untuk tidak takluk pada kuasa di dunia yang
mungkin dapat mencelakakan tubuh dan menghilangkan nyawa. Kita hanya takluk
kepada Tuhan Allah saja sebagai Pencipta kita. Di dalam rasa takut dan hormat,
tanda kita takluk kepada Allah, kita sesungguhnya sedang memuji-muji kebesaran
Allah, Sang Pencipta itu. Kita tidak akan terpisah dari kasih Allah Pencipta.
Sebab, kita telah diikat oleh Perjanjian Agung oleh Kristus. Perjanjian ini
ditandai dengan pengurbanan Kristus. Oleh darah-Nya, kita diselamatkan-Nya.
Untuk itu, kita harus memiliki keberanian di dalam menjalani kehidupan sebagai
umat tebusan. Karena, Allah Pencipta akan senantiasa memelihara kehidupan umat
-Nya. Inilah yang kita puji di dalam iman kita.