“Dan jika Kristus tidak dibangkitkan,
maka sia-sialah kepercayaan kamu dan kamu masih hidup dalam dosamu” ~ Paulus (1.Kor.15:17)
Perempuan di Kubur Yesus yang Kosong (Sumber: Pencarian Google) |
Kesaksian Paulus
Kekristenan merupakan suatu agama yang mendasarkan kepercayaannya pada pengajaran Yesus. Banyak orang yang kemudian memercayai Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat karena Yesus telah menggenapi nubuat yang telah disampaikan oleh para nabi dalam Perjanjian Lama melalui kelahiran, kematian, dan kebangkitan-Nya. Perihal kelahiran, kematian, dan kebangkitan Yesus dapat kita ketahui dari Injil Sinoptik (Matius, Markus, Lukas, dan Yohanes). Namun, kita sering melewatkan kisah kebangkitan Yesus yang disaksikan oleh Paulus. Markus sebagai tradisi paling tua dalam Injil Sinoptik baru ditulis tahun 60 ZB (Zaman Bersama; saya menggunakan istilah “Zaman Bersama” bukan “Masehi” untuk universalitas waktu penanggalan di mana istilah itu merupakan terjemahan dari Common Era/CE). Sedangkan dalam penggalian arkeologi kitab suci, Paulus diyakini telah eksis pada tahun 3 ZB. Inilah menjadi dasar betapa pentingnya kesaksian Paulus mengenai Yesus, yaitu karena Paulus hidup dalam satu rentang waktu yang sama dengan Yesus.
Kekristenan merupakan suatu agama yang mendasarkan kepercayaannya pada pengajaran Yesus. Banyak orang yang kemudian memercayai Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat karena Yesus telah menggenapi nubuat yang telah disampaikan oleh para nabi dalam Perjanjian Lama melalui kelahiran, kematian, dan kebangkitan-Nya. Perihal kelahiran, kematian, dan kebangkitan Yesus dapat kita ketahui dari Injil Sinoptik (Matius, Markus, Lukas, dan Yohanes). Namun, kita sering melewatkan kisah kebangkitan Yesus yang disaksikan oleh Paulus. Markus sebagai tradisi paling tua dalam Injil Sinoptik baru ditulis tahun 60 ZB (Zaman Bersama; saya menggunakan istilah “Zaman Bersama” bukan “Masehi” untuk universalitas waktu penanggalan di mana istilah itu merupakan terjemahan dari Common Era/CE). Sedangkan dalam penggalian arkeologi kitab suci, Paulus diyakini telah eksis pada tahun 3 ZB. Inilah menjadi dasar betapa pentingnya kesaksian Paulus mengenai Yesus, yaitu karena Paulus hidup dalam satu rentang waktu yang sama dengan Yesus.
Hal
yang menarik saat kita membaca surat-surat yang dituliskan oleh Paulus adalah
kita tidak pernah menemukan Paulus menyinggung tentang peristiwa kelahiran
Yesus. Dalam surat pengembalaannya ke jemaat-jemaat, Paulus lebih banyak
menyaksikan sosok Yesus yang bangkit dan mengalahkan maut. Hal ini berbeda
dengan apa yang menjadi perhatian gereja saat ini, di mana gereja lebih
berfokus tentang berita kelahiran Yesus. Hal itu terlihat dalam tradisi gereja
masa kini yang terkesan sangat luar biasa untuk merayakan Natal dari pada
merayakan Kebangkitan Yesus. Padahal, menurut Paulus, iman percaya kita akan
menjadi sia-sia apabila Yesus tidak bangkit mengalahkan maut. Kebangkitan Yesus
menandakan bahwa kematian sebagai konsekuensi dari sengat dosa telah dikalahkan
oleh Yesus. Dengan demikian, melalui kebangkitan Yesus, kita beroleh
pengampunan dosa dan janji hidup yang kekal.
Menggali Kisah di Seputar Kebangkitan Yesus
Berpegang pada pertimbangan pentingnya memerhatikan kisah
kebangkitan Yesus yang disaksikan oleh Paulus, maka kita harus melihat kisah
kebangkitan itu secara lebih dekat di dalam Injil Sinopsis. Injil Matius
menceritakan bahwa Maria dan Maria Magdalena tidak menemukan Yesus di dalam
kubur. Mereka bertemu dengan malaikat Tuhan yang meminta mereka pergi
menceritakan kabar kebangkitan Yesus (Mat.28:1-10). Dalam Injil Markus
dikatakan bahwa ketika Maria Magdalena, Maria ibu Yakobus, serta Salome ingin
meminyaki Yesus dengan rempah-rempah, mereka tidak menemukan Yesus di kubur.
Malah mereka melihat seorang muda memakai jubah putih yang meminta mereka untuk
memberitakan kebangkitan Yesus kepada Petrus dan murid-murid Yesus lainnya
(Mar.16:1-8). Injil Lukas menceritakan bahwa Maria dari Magdala, Maria ibu
Yakobus, dan Yohana tidak menemukan Yesus di dalam kubur. Mereka bertemu dengan
dua orang utusan Tuhan yang meminta mereka memberitahukannya pada para rasul
(Luk.21:1-12). Terakhir, Injil Yohanes memberi kesaksian agak lain dari ketiga
Injil Sinopsis lainnya di mana Injil Yohanes menceritakan bahwa perempuan
datang kepada Petrus dan mengatakan mayat Yesus dicuri. Lalu, berita
kebangkitan itu pertama kali disaksikan oleh Petrus (Yoh.20:1-10). Namun, Injil
Yohanes mengelaborasi kisah Kebangkitan Yesus ini dengan kisah penampakan
Yesus. Untuk pertama kalinya, Yesus menampakan diri kepada Maria Magdalena sebagai
bukit bahwa Yesus benar-benar bangkit, baru berikutnya pada para
murid-murid-Nya (Yoh.20:11-23).
Dari penjabaran tentang kisah kebangkitan Yesus yang ada
dalam Injil Sinopsis, kita menemukan keempat Injil Sinopsis sepakat bahwa perempuan
adalah orang yang pertama kali menyaksikan kubur Yesus kosong dan memberitahukan
pada dunia bahwa Yesus telah bangkit. Bisakah kita bayangkan apabila perempuan
yang bertemu dengan malaikat/utusan Tuhan di kubur tidak menceritakan seperti
apa yang mereka lihat dan dikatakan oleh utusan/malaikat Tuhan? Mungkin, kita tidak
akan percaya Yesus telah bangkit sampai pada saat ini. Sehingga, seperti yang
dikatakan oleh Paulus, kepercayaan kita pada Yesus akan sia-sia karena Yesus
tidak pernah bangkit. Mungkin,
gereja-gereja tidak akan merayakan kelahiran Yesus karena Yesus bukanlah
Juruselamat. Mungkin juga, tulisan-tulisan tentang karya mukjizat Yesus di
dunia hanya tinggal tulisan biasa. Namun, berita kebangkitan Yesus membuat
segalanya berubah. Melalui kebangkitan Yesus, kita percaya bahwa Dia adalah
Mesias yang dinubuatkan para nabi. Melalui kebangkitan-Nya, kita mengimani
bahwa Yesus sudah menebus dosa-dosa kita melalui pengorbanan-Nya di kayu salib.
Dan, Tuhan memakai perempuan untuk menyampaikan berita kebangkitan-Nya.
Refleksi Kristen
Refleksi Kristen
Lantas, apa yang dapat kita refleksikan dari berita
kebangkitan Yesus itu? Saya mencatat setidaknya ada dua hal pokok yang dapat
kita refleksikan, yaitu: pertama, berita pengampunan dosa telah berlaku. Sejak
kejatuhan manusia ke dalam dosa, sejak saat itu pula maut berkuasa atas
manusia. Namun, kedatangan Yesus ke dunia adalah sebagai kunjungan untuk
memberikan pengampunan dosa. Sehingga, apa yang disebut sebagai dosa warisan
sudah tidak ada lagi bagi mereka yang memercayai pengorbanan Yesus di kayu
salib. Oleh karena itu, menurut Paulus, tugas kita sebagai orang percaya adalah
untuk tetap hidup di dalam Yesus dengan cara menjaga tubuh kita yang fana ini
dari segala kuasa dosa (Rom.6:11-12). Kemudian, Paulus menjelaskan bahwa esensi
dari hidup di dalam Yesus bukan soal baptisan ataupun soal teknis kehidupan
beragama lainnya, tetapi soal memberitakan kabar sukacita pengampunan dosa agar
pemberitaan salib Kristus jangan menjadi sia-sia (1.Kor.1:17)
Hal kedua yang dapat kita refleksikan adalah meninjau
kembali peran perempuan dalam hidup beriman. Mengacu pada kisah kebangkitan
Yesus, kita melihat bagaimana perempuan memiliki peran penting dalam
Kekristenan. Namun, perempuan Kristen pada masa kini justru tidak lagi memiliki
peran penting dalam pemberitaan Kabar Baik. Banyak stigma yang membuat peran perempuan
menjadi terbatas di ruang publik, khususnya di gereja. Saya memberi contoh
beberapa stigma yang memojokkan perempuan dalam Kekristenan, seperti pandangan
bahwa dosa disebabkan oleh perempuan, seorang imam harus laki-laki, dan
pandangan bias gender lainnya terhadap perempuan. Namun, kisah kebangkitan
Yesus memberikan cerita lain tentang peran serta perempuan dalam Kekristenan.
Perempuan adalah pihak yang dipercayai oleh Tuhan, melampaui murid Kristus
laki-laki, untuk menyampaikan kebangkitan Yesus. Mengapa harus perempuan? Tentu
pertanyaan ini dapat kita sejajarkan dengan pertanyaan: mengapa harus perempuan
yang digoda oleh ular dalam Kisah Penciptaan? Tentu jawaban dari pertanyaan itu
adalah karena perempuan memiliki peran yang penting dan strategis dalam kehidupan
beriman. Tuhan memercayakan peristiwa iman terjadi melalui diri perempuan. Oleh
karena itu, gereja harus memberikan ruang untuk perempuan memberikan kesaksian
imannya pada dunia di ruang publik. Gereja Protestan telah melakukan kemajuan
yang luar biasa ketika perempuan diberikan kesempatan untuk menjadi ambil
bagian dalam pemberitaan firman Tuhan di gereja. Hal seperti ini tidak kita
temukan di gereja Katolik. Namun, hal itu belum menyatakan bahwa gereja
Protestan lebih baik dari gereja Katolik sepenuhnya, karena hampir seluruh
pimpinan gereja Protestan didominasi oleh laki-laki. Tentu hal ini bukan
sekadar persoalan gender belaka, tetapi juga bagaimana kebangkitan Yesus dapat menjadi
berita sukacita bagi seluruh ciptaan, termasuk perempuan.
Catatan Akhir
Dalam
memperingati hari kematian dan kebangkitan Yesus, kita diajak kembali
merenungkan apa yang menjadi hakikat dari peristiwa sakral itu. Kesaksian
Paulus dapat menjadi bahan renungan bagi kita dalam merenungkan esensi kematian
dan kebangkitan Yesus. Suatu perenungan yang menyadarkan kita akan berita
pengampunan dosa sebagai Kabar Baik dari Tuhan pada dunia. Suatu perenungan
yang mengingatkan kita bahwa dasar kepercayaan kita muncul dari kesaksian
perempuan akan Yesus yang bangkit. Serta, suatu perenungan iman yang didasarkan
pada Kubur yang Kosong.
Masa Prapaska, Pematangsiantar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar