Rabu, 04 September 2013

Belimbing

Sudah sejak dari kemarin, motorku masuk ke bengkel. "Turun mesin", itu yang sering dikatakan orang banyak ketika oli motor telah masuk ke pembakaran di ruang mesin motor. Dampaknya, aku bepergian dengan berjalan kaki. Termasuk di siang hari ini, saat aku hendak membeli lauk untuk makan siang. Ketika tiba di depan rumah, pulang membeli lauk, aku kaget ada seorang anak kecil dan kakek tua yang sedang mengambil buah belimbing dari pohon depan rumahku. Chiko, anjing kesayanganku, menggonggong keras. Merasa tertangkap basah, kakek tua itu meminta maaf padaku. Ia mengatakan bahwa ia mengidap penyakit darah tinggi, karena ketidakmampuan membeli obat, ia mencoba untuk mengkonsumsi buah-buahan yang dipercaya sebagai obat darah tinggi.

Aku melihat wajah terkejut dari raut mukanya ketika aku mempersilakannya dan cucunya untuk mengambil buah belimbing dari dalam pagar rumah, karena dari sisi dalamlah banyak buah belimbong yang kuning dan segar. Aku mengikat Chiko dengan rantai, lalu mengambil plastik besar untuk tempat buah belimbing. Ia berterima kasih padaku, lalu bertanya "Emangnya hari ino tidak masuk kerja, pak?" Aku pun menjawab kalau aku sudah berhenti bekerja per 30 Agustus. Kakek itu lalu bercerita kalau selama aku bekerja, ada banyak buah belimbing yang jatuh sia-sia, oleh karena itu ia ingin memanfaatkannya. Setelah cucunya selesai mengambil banyak buah belimbing, mereka izin pamit dan mengucapkan kembali rasa terima kasih mereka padaku.

Dalam hati, aku berdebat dengan diriku. Aku juga butuh belimbing itu. Masih jelas dalam ingatan, di hari Minggu (1/9), saat aku hampir pingsan di jalanan karena darah tinggiku kambuh. Sejak seminggu belakangan, aku memang sudah mulai mengkonsumsi belimbing. Hari ini belimbingku habis di pohon karena aku bermurah hati memberikannya pada orang yang tidak kukenal, padahal belimbing itu mendukung obat yang kukonsumsi untuk pemulihan kesehatanku. Tidak lama, aku tersadar bahwa mengapa kita tidak rela dalam membagikan berkat yang ada pada kita untuk orang yang sangat membutuhkan? Tuhan yang memberi dan kitalah yang menyalurkannya. Aku masih dapat mengkonsumsi obat-obatan, sedangkan kakek itu sudah tua dan kondisi ekonominya tidak mendukungnya. Aku merasa saat ini Tuhan mengajarkanku untuk bagaimana memberi dengan ikhlas dan sukacita.

2 komentar: