Apabila saudaramu berbuat dosa, tegurlah dia di bawah empat mata. Jika ia
mendengarkan nasihatmu engkau telah mendapatkannya kembali. (Mat.18:15)
Abraham Maslow,
psikolog besar, membuat lima peringkat kebutuhan manusia. Peringkat keempat
dari lima peringkat itu (tertinggi kedua) adalah kebutuhan penghargaan (esteem need). Kebutuhan penghargaan
merupakan kebutuhan manusia untuk dihargai, dihormati, dan dipercayai oleh orang
lain. Jika melihat realitas yang terjadi dalam masyarakat, kita menemukan
setiap orang menggunakan berbagai cara agar ia mendapatkan pengakuan,
penghormatan, dan kepercayaan dari orang lain. Lantas, apabila penghargaan
merupakan salah satu kebutuhan terbesar manusia, apa yang terjadi jika ada
orang lain yang memarahi kita di depan banyak orang? Tentu saja kita akan
menjadi sangat marah, geram, dan sakit hati pada orang yang melakukan hal itu. Rasa
yang menyakitkan itu terjadi tidak lain karena martabat kita menjadi jatuh di
hadapan banyak orang.
Dari nas bacaan ini, kita melihat bahwa Yesus memahami kebutuhan manusia, yaitu sangat ingin
dihargai dan dihormati. Untuk itulah Yesus mengajarkan kita supaya menyatakan
kesalahan orang lain secara pribadi, tidak perlu di tempat umum yang dilihat
oleh banyak orang. Ketika Yesus mengatakan “tegurlah”,
Yesus menggunakan kata elegxon, yang
berarti menyatakan kesalahan seseorang
dengan cara memberi bukti dan meyakinkan. Hal itu berarti, Yesus ingin memberitahu
ketika kita harus menegur orang lain, maka kita harus dalam posisi benar dan
lepas dari kesalahan. Dengan demikian, kita memiliki dasar yang kuat sebagai
bukti dan dasar yang benar untuk meyakinkan orang yang kita tegur. Sehingga,
orang yang kita tegur itu tidak marah dan tersinggung. Bayangkan, jika kita
dalam posisi yang tidak lebih baik dari orang yang kita tegur, apakah orang
yang kita tegur itu mau mendengarkan teguran kita? Untuk itu, Yesus melanjutkan
perkataan-Nya, “jika ia mendengarkan
nasihatmu, engkau telah mendapatkannya kembali”. Ini berarti tolak ukur
dari teguran yang berhasil menurut Yesus adalah teguran kita didengar sebagai
tanda kita diterima oleh orang yang kita tegur.
Melalui renungan saat
ini, kita kembali merefleksikan bahwa pentingnya memiliki etika dalam berelasi
dengan sesama. Ketika harus menegur orang lain, kita dapat melakukannya secara
pribadi. Selain itu, kita kembali diingatkan untuk memeriksa kehidupan pribadi
kita, apakah kita sudah dalam posisi yang benar sehingga kita layak menegur
orang lain. Dengan demikian, orang yang kita tegur dapat mengerti maksud baik
di dalam ucapan yang kita sampaikan, sehingga ia dapat memperbaiki
kesalahannya.