Ada suatu
kutipan yang baru-baru ini menarik perhatian saya, “If you think you are too small to make a difference, try sleeping with
a mosquito”(Jika kamu mengira kamu terlalu kecil untuk membuat suatu
perbedaan, cobalah tidur dengan seekor nyamuk). Itulah yang dikatakan oleh
Dalai Lama. Tentu kutipan ini memiliki makna yang mendalam, bahwa seekor nyamuk
saja bisa membuat kita tidak tenang untuk tidur. Bagaimana jika jumlah
nyamuknya lebih dari satu? Beberapa hari setelah mendengar kutipan itu, saya
diperingatkan oleh seorang teman karena ia mendapatkan saya telah membunuh
nyamuk yang hinggap di tangan saya, “Biarkan saja dia isap darahmu, lagian
umurnya tidak panjang, paling besok sudah mati, khan umur nyamuk hanya satu malam saja?”. Lagi-lagi, saya terusik
dengan kata nyamuk. Saya kemudian menjadi penasaran benarkah usia nyamuk hanya
satu hari saja? “masak sich?” hati
kecil saya bertanya.
Dari rasa
penasaran itu, saya mencoba mencari tahu apakah benar usia nyamuk hanya sehari
saja? Saya membuka tablet phone saya,
lalu bertanya pada google, “berapa
usia nyamuk?”. Saya dihantarkan pada berbagai alamat web dengan ragam informasi tentang nyamuk. Ternyata, nyamuk secara
umum hidup antara 10-21 hari, bukan sehari. Yang menarik adalah ternyata asupan
utama sebagai makanan nyamuk untuk bertahan hidup bukanlah berasal dari darah
yang diisapnya, melainkan dari sari buah. Darah manusia dan binatang yang diisap
oleh nyamuk adalah untuk mendapatkan protein agar dapat bereproduksi. Jadi,
yang mengisap darah manusia dan binatang adalah nyamuk betina.
Proses
nyamuk betina mengisap darah persis seperti operasi yang dilakukan oleh dokter
bedah. Nyamuk betina terlebih dahulu mengoyak kulit korban sampai menemukan
urat darah, jika sudah ditemukan lalu dihisap. Dalam proses mengisap darah,
nyamuk betina mengeluarkan air liur agar darah yang diisapnya tidak membeku.
Air liur yang mengandung antikogulan inilah yang menyebabkan pembengkakan dan
rasa gatal di kulit.
Membaca
informasi itu membuat saya menjadi begitu takjub dan merenungkan akan luar
biasanya goresan tangan Sang Pencipta. Usia nyamuk yang tidak panjang dan hal
yang paling terkesan adalah nyamuk betina melindungi dan menghidupi
anak-anaknya dengan membahayakan dirinya, bertaruh hidup mati untuk mendapatkan
protein dari darah manusia maupun binatang. Tidak jarang saya merasa puas
melihat nyamuk yang saya pukul di tangan mengeluarkan banyak darah. Padahal,
nyamuk itu butuh protein untuk kehidupan generasinya. Dalam hal ini, saya tidak
ingin mengatakan kita tidak boleh membunuh nyamuk. Bukan! Saya hanya ingin
mengatakan bahwa nyamuk betina mempertaruhkan nyawanya bagi anak-anaknya. Itu
hukum alam yang berlaku bagi nyamuk betina. Jika binatang seperti nyamuk betina
saja melakukan hal yang sangat luar biasa pada anak-anaknya, lalu saya
merenungkan bagaimana dengan manusia?
Seorang
ibu tentu akan mempertaruhkan nyawanya bagi kelahiran anaknya, yang tidak lain
adalah buah cintanya. Seorang ibu akan melakukan apapun untuk mempertahankan
kehidupan anaknya. Ada banyak cerita tentang kasih sayang seorang ibu pada
anak-anaknya. Namun, ada juga realita yang bertolak belakang dari kasih sayang
seorang ibu.
Pada saat
saya masih bekerja di daerah Kwitang, Jakarta Pusat, dalam perjalanan pulang
kantor, sekitar pukul 18.30 WIB, di persimpangan lampu merah Senen, saya
melihat seorang bayi munggil, yang masih dibodong badannya. Bayi tertidur di
trotoar jalan raya di antara hiruk pikuk kenderaan. Asap kenderaan dan debu
jalanan sudah menjadi temannya sehari-hari. Bayi itu menangis. Mungkin, ia
sedang lapar. Seorang anak kecil, pengamen jalanan, mendekatinya lalu ia
menggendong bayi itu dan mengajaknya bercanda. Bayi itu tidak peduli, ia terus
menangis dan menangis. Saya yang berada persis di samping peristiwa itu tidak
tahu harus berbuat apa selain berdoa di dalam hati, “Tuhan, lindungilah bayi
yang dibuang oleh ibunya itu”. Lampu lalu lintas berubah dari merah menjadi
hijau. Saya melanjutkan perjalanan ke Bekasi dengan hati tersayat merenungkan,
“Ibu apakah yang tega membuang anaknya sendiri?”
Catatan
ini adalah perbandingan kecil bahwa nyamuk betina selalu mengorbankan nyawanya
untuk anak-anaknya, sedangkan seorang ibu belum tentu mau mengorbankan nyawanya
untuk anak-anaknya. Kadang, naluri binatang masih lebih bermoral dibanding
manusia. Terlepas dari persoalan sosial atau ekonomi yang melilit, seorang ibu
sebagai manusia harus melindungi anak-anaknya.