Beberapa waktu lalu, saya memprediksi Jokowi-Ahok menang di angka 60-63%, ternyata melenceng, di mana beberapa lembaga survey menunjukkan kemenangan Jokowi-Ahok ada pada angka 53-55%. Saya sangat meyakini melencengnya prediksi saya karena berbagai upaya yang dilakukan oleh Foke-Nara beberapa hari jelang putaran kedua. Keganjilan di putaran kedua juga dirasakan oleh tim sukses Jokowi-Ahok, tetapi kemudian tidak dipersoalkan karena posisi kemenangan sudah dikunci atas Foke-Nara. Faktor yang sangat membahayakan untuk kemenangan Jokowi-Ahok sebenarnya ada pada Ketua Panwaslu DKI Jakarta, di mana dari awal sudah terilihat terang-terangan mendukung pasangan Foke-Nara. Tetapi seperti kata pepatah lama, "walau di mana pun emas ditempatkan, dia tetap akan menjadi emas". Congratulation to Jokowi-Ahok!
Pertanyaan yang harus diajukan kemudian adalah bagaimana sepak terjang Jokowi-Ahok dalam pemerintahan kota Jakarta selama tahun 2012-2017? Kalau hitung-hitungan kekuatan di parlemen daerah DKI Jakarta, PDI-P dan Gerindra tidak sebanyak parlemen yang diwakili partai politik pengusung Foke-Nara, di mana ada partai-partai besar seperti PKS, PAN, Demokrat dan Golkar. Ini mengindikasikan sebagus apa pun upaya Jokowi-Ahok lewat program-programnya, jika parlemen menjegal mereka, maka Jakarta akan begitu-begitu saja. Slogan Jokowi-Ahok "Jakarta Baru" harus didukung oleh anggota parlemen DKI Jakarta, sehingga program-program kreatif yang efektif dan efisien dapat berdampak bagi kesejahteraan masyarakat kota Jakarta. Permasalahan Jakarta yang harus dibenahi tentu tidak hanya persoalan pembangunan ekonomi dan infrastruktur kota saja, akan tetapi bagaimana membangun peradaban yang wajar untuk ditempati. Persoalan sosial yang terjadi di Jakarta tentu tidak lepas dari terdistorsinya pembangunan ekonomi, sehingga persoalan sosial kemudian menjadi luput dari perhatian. Inilah yang menjadi salah satu pemaparan pasangan Jokowi-Ahok dalam kampanyenya. Semoga saja pemaparan ini tidak hanya menjadi isu dalam kampanye namun dapat ditindaklanjuti kemudian.
Jika pasangan Jokowi-Ahok dinilai sukses pada sentuhan awalnya dalam membangun Jakarta Baru, bukan hal yang mustahil Jokowi diproyeksikan menjadi RI-1 saat 2014 nanti. Tentu terlalu jauh jika berbicara sampai ke sana, tetapi wacana ini bukan lagi menjadi rahasia di kalangan masyarakat Jakarta. Yang pasti pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta 2012 pada beberapa waktu lalu telah menjadi pelajaran politik yang baik bagi masyarakat, terkhususnya mengenai kehidupan demokrasi dalam berbangsa dan bernegara.