Alkisah, seorang kakek beserta cucunya melakukan perjalanan ditemani oleh seekor keledai jantan. Pada saat melintasi suatu kota, orang-orang di situ berkata bahwa mereka termasuk pengembara malas yang hanya duduk di atas keledai. Mendengar hal itu, mereka langsung turun dari keledai dan berjalan menyusuri kota.
Ketika tiba di kota lain, mereka mendengar bahwa orang banyak mengatakan jikalau si anak terlalu tega kepada kakeknya dibiarkan berjalan, sekalipun ada keledai beserta mereka. Lalu, kakek itu pun naik ke atas keledai dan cucunya berjalan di sampingnya menyusuri jalan di sepanjang kota.
Sesampainya di kota berikutnya, mereka mendengar orang-orang berkata bahwa kakek itu terlalu kejam membiarkan cucunya berjalan sedang dia enak-enak di atas keledai. Kakek itu pun turun lalu menaikkan cucunya saja di atas keledai. Kemudian mereka melanjutkan perjalanan melewati kota itu.
Tiba di kota berikutnya, mereka mendengar bahwa mereka terlalu bodoh tidak memanfaatkan jasa keledai, sehingga kakek itu harus berlelah fisik untuk berjalan kaki. Lalu, kakek itu pun naik ke atas keledai bersama cucunya menyusuri jalan kota.
Selanjutnya, mereka tiba di kota lain. Mereka mendengar orang di sekitar mengatakan bahwa mereka sangat tega dan kejam terhadap keledai karena membiarkan keledai lelah mengangkat mereka sepanjang perjalanan. Akhirnya, mereka berdua pun turun lalu menggotong keledai itu dalam perjalanan melewati kota tersebut.
Akhirnya, mereka tiba di kota tujuan. Orang-orang di kota itu yang melihat mereka berdua menggotong keledainya sepanjang perjalanan, mengatakan mereka adalah orang-orang GILA :-)
Senin, 20 Juni 2011
Minggu, 19 Juni 2011
Kisah Pohon Bambu
Alkisah, sebuah pohon bambu hendak dipotong oleh pemiliknya yang telah menanamnya dari kecil hingga menjadi pohon bambu yang kokoh. Si pemilik pohon bambu berkata kepada pohon bambu itu, "Apakah kau mengasihiku?" Pohon bambu itu menjawab percaya diri dan bangganya, "Aku mengasihimu karena engkaulah yang telah memelihara kehidupanku hingga aku menjadi pohon bambu yang kokoh." Lalu pemilik bambu itu pun berkata : "Jikalau demikian, bolehkah aku menebang batangmu?" Pohon bambu itu tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh pemiliknya, namun karena telah terlanjur berkata bahwa ia mengasihi pemiliknya, maka ia pun merelakan batangnya untuk ditebang. Betapa sedih perasaan pohon bambu itu, dulunya yang batangnya kokoh menantang langit, kini harus jatuh terlantar di atas debu tanah.
Keesokan harinya, pemilik bambu kembali mendatangi pohon bambu yang telah tergeletak di atas tanah. Pemilik pohon bambu itu kembali bertanya : "Apakah kau mengasihiku?" Dengan sedih pohon bambu pun menjawab : "Aku sudah merelakan batangku kau tebang, mengapa kau tidak percaya bahwa aku mengasihimu?" Pemilik pohon bambu itu pun menjawab : "Kalau begitu, bolehkah aku memotong-motong batangmu lagi sampai berbentuk pendek?" Dengan tabah, pohon bambu pun menjawab : "Dengan ikhlas, silakan potong batangku hingga pendek". Lalu, pemilik pohon bambu pun memotong batangnya sampai dapat banyak batang pohon bambu yang pendek, kemudian meninggalkan batang bambu itu terlantar di atas tanah berdebu.
Keesokan harinya, pemilik bambu itu datang lagi menjumpai pohon bambu yang telah menjadi batang bambu yang pendek. Ia bertanya kepada bambu itu, "Apakah kau mengasihiku?" Bambu itu tidak kuasa menahan kesedihannya, lalu berkata : "Dulu kau merawatku hingga aku menjadi pohon bambu yang kokoh di antara pohon-pohon yang ada di daerah ini. Sekarang aku telah rela menjadi seperti ini, mengapa kau menanyakan kasihku kepadamu?" Pemilik bambu itu pun bertanya : "Kalau begitu, bolehkah aku membelah dua batangmu yang pendek itu?" Bambu pun menjawab : "Jadilah apa yang kau ingini" Pemilik bambu pun membelah dua batang bambu pendek itu, lalu meninggalkannya terlantar di atas debu tanah.
Beberapa hari kemudian, batang bambu yang telah terbelah dua itu pun diambil oleh pemiliknya lalu dibawa ke suatu tempat. Dengan cekatan pemilik bambu itu menyambung belahan batang bambu dari sumber air ke suatu daerah yang gersang. Mengalirlah suatu air yang segar di atas tanah gersang, sehingga tumbuhan di daerah itu menjadi hijau dan indah. Pemilik bambu itu berkata kepada bambunya : "Kokohnya dirimu tidak menambah keindahan daerah ini, tetapi dengan kau rela merendahkan dirimu, kau telah memberi suatu makna kehidupan yang indah bagi tumbuhan lainnya. Bambu itu pun sadar bahwa pemiliknya memiliki visi yang luar biasa atas kehidupannya. Akhirnya, dia tidak lagi menjadi pohon bambu yang kokoh untuk dirinya, namun menjadi belahan bambu kecil yang memberi makna dalam kehidupan lainnya.
Keesokan harinya, pemilik bambu kembali mendatangi pohon bambu yang telah tergeletak di atas tanah. Pemilik pohon bambu itu kembali bertanya : "Apakah kau mengasihiku?" Dengan sedih pohon bambu pun menjawab : "Aku sudah merelakan batangku kau tebang, mengapa kau tidak percaya bahwa aku mengasihimu?" Pemilik pohon bambu itu pun menjawab : "Kalau begitu, bolehkah aku memotong-motong batangmu lagi sampai berbentuk pendek?" Dengan tabah, pohon bambu pun menjawab : "Dengan ikhlas, silakan potong batangku hingga pendek". Lalu, pemilik pohon bambu pun memotong batangnya sampai dapat banyak batang pohon bambu yang pendek, kemudian meninggalkan batang bambu itu terlantar di atas tanah berdebu.
Keesokan harinya, pemilik bambu itu datang lagi menjumpai pohon bambu yang telah menjadi batang bambu yang pendek. Ia bertanya kepada bambu itu, "Apakah kau mengasihiku?" Bambu itu tidak kuasa menahan kesedihannya, lalu berkata : "Dulu kau merawatku hingga aku menjadi pohon bambu yang kokoh di antara pohon-pohon yang ada di daerah ini. Sekarang aku telah rela menjadi seperti ini, mengapa kau menanyakan kasihku kepadamu?" Pemilik bambu itu pun bertanya : "Kalau begitu, bolehkah aku membelah dua batangmu yang pendek itu?" Bambu pun menjawab : "Jadilah apa yang kau ingini" Pemilik bambu pun membelah dua batang bambu pendek itu, lalu meninggalkannya terlantar di atas debu tanah.
Beberapa hari kemudian, batang bambu yang telah terbelah dua itu pun diambil oleh pemiliknya lalu dibawa ke suatu tempat. Dengan cekatan pemilik bambu itu menyambung belahan batang bambu dari sumber air ke suatu daerah yang gersang. Mengalirlah suatu air yang segar di atas tanah gersang, sehingga tumbuhan di daerah itu menjadi hijau dan indah. Pemilik bambu itu berkata kepada bambunya : "Kokohnya dirimu tidak menambah keindahan daerah ini, tetapi dengan kau rela merendahkan dirimu, kau telah memberi suatu makna kehidupan yang indah bagi tumbuhan lainnya. Bambu itu pun sadar bahwa pemiliknya memiliki visi yang luar biasa atas kehidupannya. Akhirnya, dia tidak lagi menjadi pohon bambu yang kokoh untuk dirinya, namun menjadi belahan bambu kecil yang memberi makna dalam kehidupan lainnya.
Langganan:
Postingan (Atom)