Selasa, 24 Mei 2022

Hidup dalam Roh (Roma 8 : 8-11, Pentakosta, 5 Juni 2022)



Pendahuluan

Surat Roma merupakan surat Paulus terpanjang yang ditulisnya dan sangat berpengaruh bagi para pembacanya. Letak surat ini berada di depan surat lainnya. Paulus sepertinya menulis surat ini bukan dalam rangka melayani jemaat dengan latar belakang Yahudi, mengingat sebagian besar jemaat Tuhan di kota Roma bukanlah orang Yahudi. Di dalam suratnya ini, Paulus ingin meyakinkan pembacanya di Roma kalau rencana pekabaran Injil di kota Roma sudah sejak lama direncanakannya. Namun, ia selalu mendapatkan hambatan (bnd.Rm.1:10-13, Rm.15:22). Paulus tetap merencanakan kunjungannya segera (bnd.Rm.15:22-23) sebagaimana kerinduannya yang ditegaskan dalam surat Roma.

Ketika menulis surat Roma, Paulus berada di Korintus, tepatnya di rumah Gayus (bnd.Rm.16:23, 1.Kor.1:14). Paulus juga menatap pelayanan ke Spanyol (bnd.Rm.15:24+28), sehingga Roma bukan menjadi tujuan akhirnya. Paulus berkomitmen untuk menyebarkan Injil Kristus di seluruh wilayah Kekaisaran Romawi. Karena itu, ketika melihat surat Roma yang ditulis Paulus, kita harus melihat subjek lain yang penting di dalam surat ini, seperti unsur masyarakat yang membentuk komunitas Roma dan memberikan makna atasnya. Pemikiran Karl Barth tentang etika Kristen dapat diperhatikan, ketika ia menempatkan perintah Allah di dalam unsur kedua, sedangkan anugerah Allah berada di unsur pertama. Ini berdasarkan apa yang dikatakan oleh Paulus tentang titik tolak umat Kristen yang tidak mengacu pada realitas diri sendiri maupun realitas dunia, tetapi realitas Allah yang menyatakan diri-Nya melalui Yesus Kristus. Karenanya, Paulus memang menyadari betul kalau prakarsa Ilahi itu sebagai anugerah.

 

Pembahasan

Ayat 8 : Mereka yang hidup dalam daging, tidak mungkin berkenan kepada Allah

Apa yang diikthiarkan daging adalah maut (bnd.Rm.8:6). Maut itu ajalnya karena keinginan daging itu memusuhi Allah. Kalimat “dalam daging” di sini dapat diartikan juga merujuk pada  Galatia 2:20 dan 1 Korintus 10:3. Dalam kedua nas itu, hal daging merupakan tabiat manusia  yang memang lemah dan fana karena masih terlepas dari berkuasa tidaknya dosa. Bahwa kita tidak berkenan kepada Allah bukan karena nasib, tetapi lantaran kita bersifat bendawi. Dan, kata “tidak mungkin berkenan kepada Allah” dapat ditafsirkan dengan memerhatikan Roma 15:1-3, di mana mencari kesenangan sendiri merupakan lawan dari menyangkal diri. Begitu juga dalam 1 Tesalonika 2:4 dan Galatia 1:10, di mana mencari kesukaan manusia merupakan lawan dari menjadi hamba Kristus. Maka, kalimat “berkenan kepada Allah” dapat didefinisikan sebagai bertindak sesuai dengan kehendak Allah, melayani Tuhan.

Pokok Teologis : Ketika melayani Tuhan, kita tidak boleh bersifat bendawi

 

Ayat 9 : Tetapi kamu tidak hidup dalam daging, melainkan dalam Roh, jika memang Roh Allah diam di dalam kamu.  Tetapi jika orang tidak memiliki Roh Kristus, ia bukan milik Kristus.

Untuk kalimat “tetapi kamu tidak hidup dalam daging, melainkan dalam Roh” menunjukkan kita harus keluar dari lingkungan yang merusak, dalam hal ini lingkunan yang penuh dengan racun rohani. Sebaliknya, kita pindah tempat tinggal ke lingkungan Roh yang menyehatkan rohani kita. Untuk kalimat, “jika memang Roh diam di dalam kamu” dapat diperhatikan terlebih dahulu pada kata diam di dalam. Di sana, penggunaan kata diam di dalam termasuk ke dalam rumpun oikos (rumah). Karenanya, kehadiran Roh di dalam diri kita tidak berlangsung sebentar, tetapi terus-menerus sebagaimana kita mendiami rumah. Tindakan Roh di dalam kita seperti halnya kita mengatur apa yang pantas dan cocok di dalam rumah kita. Demikian, Roh akan mengatur hidup kita. Kehadiran dosa sebagaimana jadinya tabiat manusia akan menjadi penyerobot rumah kita. Untuk itu, kehadiran Roh Kristus menjadi patokan kehidupan apakah ia seorang Kristen, sebagaimana dituliskan Paulus ,”tetapi jika orang tidak memiliki Kristus, ia bukan milik Kristus”. Roh Kristus yang ada di dalam diri seorang Kristen itu tidak membawa sesuatu yang baru di luar karya Kristus. Akan tetapi, Roh Kristus akan menjabarkan di hati umat percaya.

Pokok Teologis : Roh Kristus harus berkuasa dan berkarya dalam kehidupan umat-Nya

 

Ayat 10 : Tetapi jika Kristus ada di dalam kamu, maka tubuh memang mati karena dosa, tetapi roh adalah kehidupan oleh karena kebenaran

Kalimat tubuh memang mati karena dosa bukan merujuk pada tubuh jasmani yang akan mati kelak. Namun, tubuh memang mati karena dosa yang dimaksud di sini berarti keadaan kita yang lama, manusia lama yang disalibkan bersama dengan Kritus. Kita mengingat Yesus disalibkan karena dosa kita. Untuk kalimat tetapi roh adalah kehidupan oleh karena kebenaran dapat kita lihat di dalam diri Kristus yang bangkit dari kematian karena dosa tadi. Di sini, Roh Kristus senantiasa memberikan kehidupan yang tidak dapat ditaklukkan oleh apapun, termasuk sengat dosa sekalipun. Roh Kristus yang hidup itu senantiasa mengerjakan karya Tuhan yang benar di dalam umat percaya sebagai tanda ia telah hidup baru di dalam Kristus. Sebab, rumah kita telah dikuasai-Nya sehingga kita pun dapat melakukan yang benar di dalam hidup baru itu.

Pokok Teologis : Roh Kristus memberikan kita hidup baru untuk melakukan kebenaran

 

Ayat 11 : Dan jika Roh Dia, yang telah membangkitkan Yesus dari antara orang mati, diam di dalam kamu, maka Ia, yang telah membangkitkan Kristus Yesus dari antara orang mati, akan menghidupkan juga tubuhmu yang fana itu oleh Roh-Nya, yang diam di dalam kamu.

Di sini telah terjadi pergeseran makna tentang tubuh yang mati. Dalam ayat ini kalimat tubuhmu yang fana itu merupakan kehidupan kita yang sudah dipenuhi oleh Roh Kristus. Secara sederhana, kita dapat memaknai bahwa seorang hidup yang baru sekalipun pada suatu saat nanti akan merasakan kematian badaniah. Kehidupan baru di dalam Roh Kristus tidak serta merta membuat kematian tidak menyentuh kita. Namun, ada jaminan tentang Roh Kristus yang diam di dalam rumah kita menjadi kunci bagaimana kita akan dibangkitkan. Sebab, Allah telah membangkitkan Kristus dari kerajaan maut, dan Roh Kristus yang bangkit itu tinggal di dalam kita. Secara korelasional, Allah pun akan membangkitkan kita karena Roh Kristus itu. Itu mengapa sangat penting menjaga Roh Kristus tetap tinggal diam di dalam rumah kita.

Pokok Teologis : Allah membangkitkan tubuh fana kita oleh karena Roh Kristus di dalamnya

 

 

Refleksi-Aplikasi

1.    Ketika melayani Tuhan, kita tidak boleh bersifat bendawi. Roh Kristus harus berkuasa dan berkarya dalam kehidupan umat-Nya.

Di minggu Pentakosta ini, kita dapat merefleksikan pertama-tama bagaimana kehidupan Kekristenan kita di dalam melayani Tuhan? Apakah kita sebagai umat-Nya telah melayani Dia dengan sepenuh hati berdasarkan perintah-Nya? Terkadang, kita di tengah kehidupan ini mengalami penderitaan karena Tuhan tidak menjadi Tuan atas diri kita. Keinginan daging yang bendawi mengekang kita dengan segala manifestasi kenikmatannya. Akibatnya, kita menjadi sangat lemah di dalam mengambil keputusan etis berdasarkan iman kepada Kristus. Kita di satu sisi yang sangat tekun beribadah dan beriman, tapi di sisi lain kita bisa menjadi sangat menjadi lentur untuk berkompromi dengan dosa. Paradoks tersebut membuat dosa menjadi penyerobot di dalam rumah kita. Pada akhirnya, kita pun tetap tinggal di dalam dosa. Oleh karena itu, kita harus menghidupkan kembali Roh Kristus di dalam diri sehingga Roh itu berkuasa penuh. Dampaknya, kehidupan kita akan menjadi tertib sebab karya Roh Kristus sangat nyata. Walaupun hidup kita secara dunia mungkin tidak diuntungkan, tetapi hidup kita selalu berjalan sesuai koridor moral dan etika Kristen yang berlaku. Dengan demikian, damai sejahtera menjadi milik kita yang tidak dapat ditawarkan oleh dunia dengan segala gemerlapnya.

 

2.    Roh Kristus memberikan kita hidup baru untuk melakukan kebenaran

Dalam Minggu Pentakosta kita juga merefleksikan bagaimana Roh Kristus memberikan kita pandangan untuk menimbang putusan moral etis berdasarkan kehidupan baru di dalam Kristus. Cara kita memutuskan suatu hal ketika hidup baru di dalam Roh Kristus tentu akan sangat berbeda ketika kita hidup lama di dalam keinginan daging. Jika kita di dalam kehidupan lama selalu mencari keuntungan pribadi atau kelompok, maka kita di dalam kehidupan baru akan selalu mencari kebenaran di dalam tuntunan Roh Kristus. Sebab, kekuatan kita sendiri tidak akan sanggup melawan muslihat dosa. Kita membutuhkan Roh-Nya agar kita dapat melakukan apa yang benar dan baik.

 

3.    Allah membangkitkan tubuh fana kita oleh karena Roh Kristus di dalamnya

Dalam Minggu Pentakosta ini kita pun diajak merefleksikan bahwa kehidupan baru di dalam Roh Kristus memang tidak menjadi jaminan kita akan lepas dari kematian di dunia. Setelah mati di dalam penebusan hidup manusia lama, kita akan mengalami kematian lagi di dalam tubuh fana. Tetapi, kematian ini juga tidak akan berkuasa selamanya atas hidup kita. Karena, kita nanti akan bangkit bersama kebangkitan Kristus, oleh karena Roh-Nya di dalam kita. Sehingga, kita jangan mati sebelum mati. Terkadang, ketakutan akan kematian membuat kita tidak dapat berbuat apa-apa. Malahan, kita harus menunjukkan bagaimana karya Roh Kristus ada di dalam hidup kita selagi kita diberikan kesempatan untuk hidup di dunia ini.

 

Kepustakaan :

 

Drane, John. Memahami Perjanjian Baru. Jakarta : BPK Gunung Mulia, 1996

Groenen, C. Pengantar ke dalam Perjanjian Baru. Yogyakarta : Kanisius, 2006

Roetzel, Calvin J. The Letters of Paul – Conversation in Context, London: SCM Press, 1983

End, Van Den, Th.Dr. Tafsiran Alkitab Surat Roma, Jakarta : BPK Gunung Mulia, 2008.

 

 

Pdt.Theodorus Benyamin Sibarani, S.Si (Teol), M.Kesos

GKPI Ressort Jakarta Raya-1

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar