Sangat menarik ketika uang yang didapatkan Yudas untuk menyerahkan Yesus dikembalikannya lagi kepada imam-imam kepala. Ini tentu akan mengantarkan kita ke dalam dua penjelasan, yaitu
“Mengapa Yudas mengembalikan uang itu?”, dan, “Mengapa para imam menolaknya?” Di dalam Alkitab, kita untuk hal yang pertama diberitahu kalau Yudas telah menyesal karena menyerahkan Dia, pihak yang tidak bersalah (ay.3-4a). Dan, para imam menolak uang yang dikembalikan Yudas karena mereka merasa itu bukan tanggung jawab mereka, tidak dari pihak Yudas sendirilah (ay.4b).
Yudas di dalam rasa penyesalannya
dan pihak yang tertuduh di dalam penyebab kematian Yesus kemudian melemparkan
uang itu ke Bait Suci dan mengakhiri hidupnya dengan cara menggantung dirinya
(ay.5). Pihak para imam tetap tidak mau menerima uang darah itu. Mereka melakukan kebijaksanaan bahwa uang darah itu digunakan untuk menjadi pekuburan orang asing, dan
menyebutnya tanah tukang periuk
(ay.6-8).
Bisalah kita tarik satu simpulan
sederhana, kalau uang darah itu
menyebabkan rasa penyesalan Yudas dan membuat ia dengan para imam kepala saling
melemparkan tanggung jawab perihal kematian Yesus. Bukankah demikian manusia
ketika ditemukan Tuhan Allah saat melakukan dosa, yaitu memakan buah penngetahuan? Manusia menyesal dan
saling melemparkan tanggung jawab?
Uang darah adalah hasil dari perbuatan dosa, karena dihasilkan berdasarkan
kesepakatan membunuh seseorang. Seolah nyawa Yesus ditentukan dari kesepakatan
jual-beli antara para imam kepala dengan Yudas. Apakah hal ini membuat Yesus
dengan kuasa Allah di dalamnya takluk pada kuasa manusia dengan dosa di
dalamnya? Sekali-kali tidak! Dalam konteks Yudas dan para imam yang
menyingkirkan Yesus ini, hal itu menjadi suatu penggenapan akan nubuatan nabi
Yeremia pada bangsa Israel (ay.9-10, 1-2).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar